Orang tua awalnya mengira Jacob hanya 'telat tumbuh' dan tak ada yang curiga dengan kondisi tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan Jacob menginjak usia 17 tahun, tubuhnya masih tak banyak berubah. Saat itu lah keluarga memutuskan untuk memeriksakan kondisi Jacob ke spesialis.
Dokter di Wexner Medical Center kemudian menemukan ternyata penyebabnya adalah tumor pada bagian otak Jacob, spesifiknya pada kelenjar pituitari, bernama craniopharyngioma. Hal ini membuat produksi hormon pertumbuhan terganggu sehingga membuat Jacob tak bisa alami pubertas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahli saraf dr Daniel Prevedello dari The Ohio State University yang menangani kasus mengatakan apa yang dialami Jacob cukup langka karena kompleks, berakar dari sel yang awalnya di dinding atas mulut kemudian membentuk kelenjar saat masih di rahim. Seandainya sel tumor itu ganas maka Jacob sangat berisiko untuk alami kebutaan dan disfungsi kelenjar pituitari.
"Saya menghabiskan waktu saya mengangkat tumor mulai dari area batang pituitari, saraf optik, otak, dan pembuluh darah," kata dr Prevedello seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (30/3/2016).
Operasi awalnya diperkirakan menghabiskan waktu 6 jam namun karena sifat tumor yang rumit pada akhirnya dokter memakan waktu 10 jam. Setelah operasi Jacob menghabiskan waktu empat hari untuk pulih dan diperbolehkan kembali di rumah. Dokter memberi pengobatan hormon pertumbuhan untuk membantu Jacob 'mengejar' ketinggalannya dengan teman sebaya.
Dalam kurun waktu setahun tubuh Jacob pun mengalami growth spurt yang sangat cepat, tingginya bertambah 30 sentimeter dan beratnya bertambah hingga 45 kilogram.
"Sangat cepat, karena itu saya punya banyak rasa sakit di lutut, pinggul, dan sendi," tutup Jacob.
Baca juga: Growth Spurt pada Tulang Remaja Tingkatkan Risiko Cedera
(fds/up)











































