Ilmuwan Berinisiatif Kembalikan Protein yang Hilang pada Otak Pasien Alzheimer

Ilmuwan Berinisiatif Kembalikan Protein yang Hilang pada Otak Pasien Alzheimer

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 22 Apr 2016 19:02 WIB
Ilmuwan Berinisiatif Kembalikan Protein yang Hilang pada Otak Pasien Alzheimer
Foto: thinkstock
Jakarta - Lewat berbagai penelitian akhirnya terkuak, ada yang salah dengan otak pasien Alzheimer sehingga penyakit itu muncul. Peneliti lain kemudian berupaya mencari pengobatan dengan memanfaatkan temuan ini.

Apa yang membedakan otak pasien Alzheimer dengan yang bukan? Riset mengungkap, di dalam otak pasien Alzheimer kandungan protein bernama IL-33-nya lebih sedikit ketimbang yang bukan pasien.

Dari situ peneliti dari University of Glasgow dan Hong Kong University berkesimpulan bahwa dengan mengembalikan protein yang hilang tersebut, ada harapan bagi pasien Alzheimer untuk sembuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini telah dibuktikan peneliti dengan menyuntikkan kadar protein IL-33 pada sekumpulan tikus percobaan yang telah dimodifikasi. Protein ini disuntikkan ke otaknya selama beberapa hari.

Baca juga: Seorang Pria Diklaim Sebagai Pasien HIV Pertama yang Mengidap Alzheimer

Ternyata setelah disuntikkan protein itu, sistem kekebalan tikus membaik dan mendorong sekelompok sel bernama microglia untuk 'membasmi' plak-plak amyloid yang ada. Jadi ketika sel-sel ini menemukan plak amyloid dalam radar mereka, mereka akan segera menyerang dan membersihkan plak-plak ini dengan bantuan sebuah enzim bernama neprilysin.

Proses ini rupanya dapat mengurangi jumlah dan ukuran plak amyloid yang identik sebagai pemicu Alzheimer dan gangguan pikun lainnya.

Peneliti bahkan hanya perlu waktu sepekan untuk melihat perubahan tersebut, ditandai dengan peningkatan daya ingat serta fungsi otak tikus-tikus ini.

"Protein ini dihasilkan oleh berbagai jenis sel dalam tubuh dan jumlahnya banyak sekali di sistem saraf pusat;. IL-33 tak hanya bisa membersihkan plak-plak yang sudah terbentuk tetapi juga mencegah pembentukannya," ungkap salah satu peneliti, Eddy Liew seperti dilaporkan Science Alert.

Baca juga: Studi Ini Sebut Obat Warung Bikin Seseorang Mudah Lupa

Meski begitu Liew mengingatkan keberhasilan ini hanya baru sebatas pada tikus saja, dan peneliti belum berani memastikan apakah ini dapat diaplikasikan pada manusia juga atau tidak.

"Peluangnya juga tidak besar, paling-paling hanya 8 persen, tetapi ini bisa jadi awal yang baik," tambahnya. (lll/vit)

Berita Terkait