Terkait hal ini, delegasi dari 50 negara mengikuti High Level Meeting for Advancing Health Security from Commitments to Actions di Nusa Dua, Bali sejak 27-29 Juli, sebagai kelanjutan GHS (Global Health Security) Beyond Ebola di Cape Town pada 2015 lalu.
"Masalah wabah penyakit menular tidak hanya menjadi tanggung jawab satu negara saja, di tingkat nasional. Tapi di tingkat global dan bagaimana antar negara bisa bekerja sama satu sama lain guna mewujudkan respons yang cepat ketika terjadi suatu wabah penyakit," tutur Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO SEARO di Nusa Dua, Bali, Senin (27/6/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jika Tidak Bersih, Air Isi Ulang Bisa Ancam Keamanan Pangan Rumah Tangga
"Tapi saat wabah ebola dan MERS dirasa ada kekurangan. WHO lantas melakukan evaluasi, dinilai bersama dan beberapa yang dievaluasi disebut ada kelemahan. Lewat GHSA diperkuat lagi, tidak hanya pada manusia tetapi juga hewan turut dilibatkan," tutur Menkes Nila.
Indonesia pun menyatakan kesiapannya untuk mendapatkan evaluasi yang bisa diperoleh dari pertemuan ini. Dikatakan Menkes Nila, evaluasi yang didapat akan memperkuat bagaimana pencegahan dan respons terhadap wabah penyakit menular bisa diperkuat lagi.
Sebab, mengingat Indonesia bukan negara yang mudah dijangkau dengan 17 ribu pulau dan potensi bencana alam seperti tanah longsor yang terjadi. Dampak banjir yakni penyakit leptospirosis pun masih ada.
"Skizomiasis di Sulawesi Tenggara belum bisa dieliminasi. Malaria masih banyak kasusnya, cukup berat. Kita sepakat dievaluasi sehingga ke depannya kita tahu langkah apa yang bisa dilakukan untuk memperkuat sistem kesehatan kita dalam rangka menerapkan Global Health Security," kata Menkes.
Baca juga: WHO: Indonesia Jadi Salah Satu Negara yang Keamanan Jalannya Buruk
(rdn/vit)











































