Namun ternyata tantangannya tak hanya itu. Sebuah penelitian mengungkap, astronot yang ditugaskan jauh dari orbit Bumi berpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan jantung ketimbang mereka yang misinya tidak jauh-jauh dari Bumi.
Kesimpulan ini didapat setelah membandingkan kondisi dua kelompok astronot; 42 astronot yang pernah ditugaskan untuk menjalani misi luar angkasa dan 35 astronot yang belum pernah ditugaskan ke manapun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bed Rest Study, Ketika Orang-orang Dibayar Hanya untuk Rebahan di Kasur
Secara mengejutkan, 43 persen astronot yang pernah menjalani misi keluar orbit Bumi dilaporkan meninggal akibat penyakit jantung. Bila dibandingkan dengan mereka yang hanya dikirim dalam sebuah misi 'low orbit' atau tak jauh-jauh dari orbit Bumi dan meninggal karena penyakit jantung, jumlahnya hanya 11 persen dan 9 persen untuk astronot yang belum pernah ke luar angkasa.
Lantas bagaimana hal ini bisa terjadi? Seperti dilaporkan Livescience, menurut peneliti, penyebabnya adalah karena di luar orbit Bumi terdapat sinar-sinar kosmik yang berasal dari seluruh penjuru galaksi dan berpotensi merusak jaringan tubuh manusia bila teradiasi atau terpapar.
Apalagi ketika si astronot ditugaskan ke luar dari orbit Bumi, mereka tidak lagi mendapatkan perlindungan dari atmosfer, sehingga mereka lebih rentan terpapar radiasi tingkat tinggi. Inilah yang kemudian memicu penyakit jantung pada astronot.
Sebagai bagian dari studi, peneliti juga melakukan eksperimen pada tikus untuk melihat seberapa besar dampak radiasi terhadap pembuluh darah makhluk hidup. Dalam percobaan itu, si tikus hanya dipapari radiasi yang sama dengan yang didapatkan astronot sebentar saja.
Hasilnya menunjukkan, enam bulan kemudian (setara dengan 20 tahun rentang hidup manusia), paparan radiasi tadi terbukti dapat merusak pembuluh darah tikus.
"Kerusakan pembuluh darah bisa memicu kondisi yang namanya atherosclerosis. Dan bila ini terjadi, besar kemungkinan seseorang mengalami serangan jantung ataupun stroke," ungkap salah satu peneliti, Michael Delp dari College of Human Science, Florida State University.
Baca juga: Masalah Kesehatan yang Dihadapi Para Petualang Antariksa (lll/vit)











































