Pembalakan Liar dan Exotic Pet Berisiko Munculkan Penyakit Zoonosis Baru

Pembalakan Liar dan Exotic Pet Berisiko Munculkan Penyakit Zoonosis Baru

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Kamis, 22 Sep 2016 16:30 WIB
Pembalakan Liar dan Exotic Pet Berisiko Munculkan Penyakit Zoonosis Baru
Ilustrasi kukang (Foto: detiknews)
Jakarta - Maraknya pembalakan liar dan meningkatnya minat masyarakat terhadap hewan peliharaan eksotis memunculkan risiko penyakit bersumber hewan (zoonosis) baru di Indonesia. Pakar mengatakan hal ini harus diantisipasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, Dr drh Heru Setijanto, PAVet(K), mengatakan pembalakan liar membuat hutan-hutan yang merupakan habitat satwa menjadi gundul. Akibatnya, satwa liar yang tadinya jauh dari jangkauan manusia kini mulai merambah ke daerah penduduk.

"Habitatnya dirusak mau ke mana lagi hewan-hewan itu lari? Akhirnya makin dekat dengan manusia. Padahal potensi risiko zoonosis itu bukan hanya dari hewan ternak, hewan-hewan liar itu juga berpotensi menularkan penyakit," tutur Heru, dalam sesi konferensi pers One Health International Seminar di Indonesia Convention Exchibition, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (22/9/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: RIAD Test, Metode Mudah Deteksi Rabies Tanpa Alat Canggih

Heru menjelaskan, belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat risiko penyakit yang berasal dari hewan liar. Namun berdasarkan literatur, beberapa penyakit berbahaya bagi manusia seperti Ebola dan HIV (Human Imunodeficiency VIrus) berasal dari hewan liar.

Di sisi lain, meningkatnya minat masyarakat untuk menjadikan hewan liar sebagai hewan peliharaan juga memunculkan risiko kesehatan tersendiri. Hewan-hewan eksotis seperti tupai terbang (sugar glider), ular, dan repitilia lainnya kini populer sebagai hewan peliharaan dan dibawa masuk ke dalam rumah.

"Masalahnya hewan-hewan ini kan bukan kucing atau anjing yang memang dari awalnya adalah hewan peliharaan. Kita juga belum tahu apakah hewan-hewan ini memiliki virus atau bakteri yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia," tuturnya lagi.

Dua alasan ini menjadikan ancaman zoonosis di Indonesia belum selesai. Masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah peningkatan koordinasi antara lembaga-lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup.

"Harus ada juga edukasi kepada masyarakat tentang bahaya zoonosis dari hewan liar ini. Jika ingin memelihara hewan peliharaan eksotis, ada baiknya bergabung ke komunitas terkait untuk mendapatkan informasi yang benar dan sesuai," tutupnya.

Baca juga: Dapat Rapor Merah untuk Penyakit Pes, Dinkes Jateng Keluhkan Penilaian WHO (mrs/up)

Berita Terkait