Semua berawal ketika polisi berhasil menggerebek sebuah rumah yang dijadikan laboratorium rahasia untuk memproduksi methamphetamine atau dalam istilah populernya disebut sabu-sabu, pada bulan Mei 2013 lalu.
Si pemilik ditangkap dan pihak berwajib juga berpesan agar rumah itu didekontaminasi karena mengandung bahan-bahan kimiawi berbahaya. Dewan setempat juga telah memerintahkan proses dekontaminasi ini, tetapi upaya ini ternyata tidak dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama tinggal di sana, seluruh anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan. Semisal sang ibu, ia terus mengeluh batuk-batuk, diikuti dengan penurunan berat badan dan semacam kelebihan energi. Sedangkan si ayah dilaporkan mengalami penurunan daya ingat, pening dan pandangan kabur.
Anak mereka yang paling kecil, seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun, mengalami gejala seperti asma dan perubahan perilaku, termasuk gejala kecemasan dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau hiperaktif. Padahal sebelumnya si anak tidak demikian.
Terlepas dari itu, setiap anggota keluarga juga mengalami mata merah dan berair, serta sulit tidur. Gejala-gejala ini bahkan tetap ada meskipun mereka akhirnya memutuskan pindah dari rumah itu. Demikian seperti dilaporkan Livescience.
Baca juga: Ekstasi Nikmatnya Sesaat, Setelah Itu Jadi Cepat Pikun
Malang bagi mereka karena pemberitahuan dari dewan setempat baru datang setelah tujuh bulan berlalu. Dari hasil pemeriksaan yang berlangsung sejak bulan Mei hingga Oktober 2014 terungkap, methamphetamine ditemukan di seluruh penjuru rumah.
Levelnya mencapai 11,7 mikrogram per 100 cm kubik hingga 26,0 mikrogram per 100 cm kubik, padahal di Australia standarnya adalah 0,5 mikrogram per 100 cm kubik. Keluarga ini lantas menjual rumah tersebut pada Maret 2015 silam.
National Institutes of Health mengatakan, paparan methamphetamine, walaupun hanya residunya saja, dapat memicu gejala yang mirip dengan orang yang mengonsumsi bahan kimia itu sendiri. Di antaranya kelebihan energi, cemas, susah tidur, mudah teralihkan perhatiannya, bobot turun dan gangguan ingatan.
Masalah kesehatan juga akan terjadi tatkala terpapar bahan-bahan yang tercampur dalam pembuatan sabu, dengan gejala seperti iritasi pada hidung dan tenggorokan, pening dan sesak napas.
Dari sampel rambut yang diambil dari keluarga tersebut terungkap, dua anak terkecil mereka adalah yang memperlihatkan kadar methamphetamine paling tinggi pada tubuhnya, yaitu antara 330-460 pikogram per miligram. Padahal dari studi sebelumnya dikatakan bahwa anak yang tinggal di laboratorium sabu memiliki kadar methamphetamine pada rambutnya mencapai 100-131 pg/mf.
"Pemerintah setempat harusnya betul-betul mengawasi penanganan rumah yang pernah dijadikan pabrik narkoba semacam ini, jangan sampai dijual karena ini penting untuk mencegah adanya paparan berikut efek sampingnya," tulis peneliti kasus ini, dalam jurnal Morbidity and Mortality Weekly Report.
Untungnya gejala-gejala ini perlahan mulai membaik setahun setelah mereka pindah dari rumah tersebut.
Baca juga: Tak Tahu Rumah Barunya Bekas Pabrik Narkoba, Sekeluarga Keracunan
(lll/up)











































