Pernah melewati fase terburuk dan berhasil bangkit, wanita yang akrab disapa Hages ini membentuk LSM Kuldesak (Kumpulan dengan Segala Aksi Kemanusiaan).
"Filosofi kuldesak adalah jalan buntu,tetapi karena kita butuh legalitas, terus tidak mungkin hanya dengan Kuldesak tanpa ada kepanjangannya." ungkap Hages saat ditemui detikHealth di acara Press Conference Hari Aids Sedunia di Senayan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kurun tahun 2006 sampai 2011, Hages seorang diri melawan virus HIV-AIDS. Pada 2011 ia bertemu dengan Samsu yang seorang ODHA dan akhirnya menjadi suaminya sampai saat ini. "Kami memilih sesama ODHA, supaya tidak ada beban kehidupan." ujar Hages.
Baca Juga: Wacana ARV Berbayar untuk Pengidap HIV Masih Dikaji
Ia membangun LSM Kuldesak bersama rekannya, Samsu, dan beberapa ODHA lainnya. "Awalnya Kuldesak dijalankan sembilan orang, delapan di antaranya ODHA dan satu lagi bukan," jelasnya.
Saat ini sekitar 100 ODHA menjadi perhatian Hages. Ia bersama Samsu membentuk LSM Kuldesak di Wilayah Depok, karena menurutnya masih sangat kurang LSM untuk di wilayah tersebut.
"Depok kan dekat dengan ibukota, jadi kita memutuskan untuk membentuk di wilayah tersebut," tutur Hages.
Sedangkan untuk biaya operasional Kuldesak, berbagai cara ditempuhnya. "Saya coba mencari dana dengan mengirim proposal kepada lembaga-lebaga pemerintahan yang fokus ke HIV. Kalau tidak dapat dana, ya biaya operasional menggunakan uang pribadi saya," tambahnya.
Dengan adanya LSM Kuldesak, ia meyakinkan ODHA agar mereka bisa beraktivitas normal, bisa bekerja seperti orang lain.
"Saya pernah ada di posisi mereka. Mengidap HIV-AIDS bukan berarti kehilangan kebahagiaan dan mimpi. Banyak yang putus asa dan mau cepat-cepat menagkhiri hidup, tugas kami mencegah semua itu," tutupnya.
Baca Juga: Sempat Dikucilkan Keluarga, Begini Kisah Ibu Ini Lawan HIV (up/up)











































