"Meyakinkan semua produk ikan dalam kaleng pada saat pre-market produksinya sudah memenuhi syarat produksi pangan olahan yang baik. Hanya kebetulan ada satu fenomena alam yang jadi pembelajaran bagi kita semua mengenai hal hal yang tidak bisa direncanakan atau diproyeksikan di awal di mana kualitas bahan baku tercemar tersebut," ungkap Penny K Lukito, Kepala BPOM RI di Jakarta Pusat.
Penny menyebut, ada masanya di mana ikan makarel mengandung cacing dan ada juga masa di mana ikan bebas dari parasit cacing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilanto juga menegaskan bahwa cacing ini hanya terdapat pada jenis ikan makarel saja, bukan ikan yang lain. Serta spesifik temuan ini hanya ada di wilayah perairan di luar Indonesia.
Cacing parasit jenis Anisakis Sp. memang secara alamiah terdapat di usus hewan laut. Namun cacing ini akan mati bila dipanaskan dengan cukup, dengan suhu minimal 63 derajat celcius, menurut Center of Disease Control and Prevention (CDC).
Beberapa waktu lalu detikHealth juga telah menanyakan kepada beberapa ahli yang menyebutkan, bahwa cacing yang terdapat dalam ikan kalengan tidak berbahaya karena telah mati setelah melewati proses pengalengan yang dipanaskan. Namun jika terkonsumsi dalam keadaan hidup dapat menimbulkan infeksi.
Prof dr Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, "Manusia terinfeksi karena makan ikan mentah atau ikan yang diawetkan, diasinkan atau dimasak tidak sampai matang yang mengandung larva stadium tiga atau stadium empat," jelasnya, Minggu (1/4/2018).
Infeksi yang disebabkan oleh cacing anisakis disebut dengan anisakiasis. Oleh karena itu disarankan untuk memasak ikan hingga benar-benar matang untuk mencegah terjadinya infeksi tersebut.











































