"Harus diwaspadai karena menyebabkan hipersomnia atau kantuk berlebihan. Jadi mau tidur berapa jam pun tetap ngantuk," kata dr Andreas Prasadja, pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, saat dihubungi detikHealth.
Dampaknya bukan sebatas rasa kantuk. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut berhubungan juga dengan obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur, yang antara lain ditandai dengan mendengkur alias ngorok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dokter yang akrab disapa dr Ade tersebut, OSA berhubungan juga dengan berbagai penyakit kronis mematikan. Di antaranya hipertensi, diabetes, dan bahkan penyakit jantung maupun stroke.
Risiko hipersomnia juga meningkat pada buruh yang bekerja dalam shift. Perubahan pola tidur yang terlalu sering mengacaukan kerja jam biologi yang menurut dr Ade sangat peka terhadap cahaya, sehingga waktu tidur harus diatur dengan baik.











































