Buruh Sering Lembur, Waspadai Hipersomnia karena Kurang Tidur

Buruh Sering Lembur, Waspadai Hipersomnia karena Kurang Tidur

Wednes Veronica Giawa - detikHealth
Selasa, 01 Mei 2018 11:21 WIB
Buruh Sering Lembur, Waspadai Hipersomnia karena Kurang Tidur
Hati-hati, kurang tidur bisa meyebabkan hipersomnia (Foto: thinkstock)
Jakarta - Meski dibayar dengan upah sesuai ketentuan, kerja lembur seringkali harus mengorbankan waktu istirahat. Hati-hati jangan sampai kurang tidur, karena dampaknya tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Harus diwaspadai karena menyebabkan hipersomnia atau kantuk berlebihan. Jadi mau tidur berapa jam pun tetap ngantuk," kata dr Andreas Prasadja, pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, saat dihubungi detikHealth.

Dampaknya bukan sebatas rasa kantuk. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut berhubungan juga dengan obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur, yang antara lain ditandai dengan mendengkur alias ngorok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurut dokter yang akrab disapa dr Ade tersebut, OSA berhubungan juga dengan berbagai penyakit kronis mematikan. Di antaranya hipertensi, diabetes, dan bahkan penyakit jantung maupun stroke.

Risiko hipersomnia juga meningkat pada buruh yang bekerja dalam shift. Perubahan pola tidur yang terlalu sering mengacaukan kerja jam biologi yang menurut dr Ade sangat peka terhadap cahaya, sehingga waktu tidur harus diatur dengan baik.

(up/up)
Tetap Bugar Meski Lembur
12 Konten
Jam kerja yang fleksibel tidak selalu menguntungkan. Perhitungan kerja lembur yang tidak jelas kerap mengorbankan waktu tidur dan istirahat lalu berdampak pada kesehatan.

Berita Terkait