Sepintas mungkin tidak ada bedanya. Tetapi tidak demikian bagi seorang peneliti biokimia dari Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Syahfitri Anita. Bisa dan racun, baginya adalah dua hal yang berbeda.
"Kita pisahkan. Bisa itu venom, racun itu toksin," kata Syahfitri dalam perbincangan dengan detikHealth di Cibinong, Jawa Barat, Jumat (4/5/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syahfitri Anita, pakar biokimia dan peneliti venom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Foto: Annisya Heriyanti/detikHealth) |
Komposisi venom, menurut Syahfitri didominasi oleh sekumpulan berbagai macam protein. Dalam ilmu pengetahuan, protein-protein dengan fungsi yang spesifik itu tadi bisa diisolasi dan dimanfaatkan atau diaplikasikan untuk pengobatan.
"Misalnya ada yang bisa mempengaruhi sel kanker, mempengaruhi pertumbuhan sel atau menyebabkan kematian sel," kata Syahfitri mencontohkan.
Racun maupun bisa dalam penelitian medis bukan cuma berasal dari kalajengking. Beberapa hewan berbisa yang diteliti venomnya untuk pengobatan antara lain ular, lipan, lebah dan bahkan semut.












































Syahfitri Anita, pakar biokimia dan peneliti venom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Foto: Annisya Heriyanti/detikHealth)