Selain trastuzumab ada obat lain yang bisa dijadikan pilihan alternatif, yaitu lapatinib. Obat ini juga termasuk dalam Formularium Nasional yang ditetapkan pada tahun 2013.
Dalam Formularium Nasional tertulis:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kanker payudara metastasis yang tidak memberikan respon terhadap trastuzumab dengan hasil pemeriksaan HER2 (CerbB2) positif 3 atau ISH positif dan dikombinasi dengan kemoterapi, second line untuk metastase otak.
Namun menurut dr Drajat R. Suardi, SpB(K)Onk, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, obat itu sama mahalnya dengan trastuzumab.
"Trastuzumab dihapus, tapi ada obat alternatif lain yaitu lapatinib. Permasalahannya sama-sama mahal," ujarnya kepada detikHealth, Selasa (17/7/2018).
Tidak disebutkan secara detail berapa biayanya, dr Drajat juga menyebutkan bahwa lapatinib masih tergolong obat level kedua di bawah trastuzumab.
Namun menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lapatinib bisa digunakan untuk pengobatan kanker payudara metastasis HER2 positif dengan dikombinasikan dengan capectabine (Xeloda).
(wdw/fds)











































