Ahli Imunologi Jepang dan AS Raih Nobel Kedokteran untuk Terapi Kanker

Ahli Imunologi Jepang dan AS Raih Nobel Kedokteran untuk Terapi Kanker

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Senin, 01 Okt 2018 18:41 WIB
Ahli Imunologi Jepang dan AS Raih Nobel Kedokteran untuk Terapi Kanker
Ahli imunologi Amerika dan Jepang dapat penghargaan bergengsi Nobel. Foto: Reuters
Jakarta - Ilmuan asal Amerika dan Jepang memenangkan Nobel 2018 pada 'Pysiology or Medicine' untuk penemuan mereka untuk pengobatan kanker. James Allison dan Tasuku Honjo pun dihadiahi £775,000 atau kurang lebih Rp 15 miliar di Karolinska Institute, Stockholm, waktu mendatang.

Kedua ilmuwan ini menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh dapat dimanfaatkan untuk menyerang sel-sel kanker. Terapi yang diperkenalkan kedua imunolog ini menargetkan protein yang menyerang pertahanan tubuh sehingga tak bisa membunuh sel kanker.

Sistem kekebalan biasanya mencari dan menghancurkan sel-sel yang bermutasi, tetapi sel-sel kanker menemukan cara-cara untuk bersembunyi dari serangan kekebalan, yang memungkinkan mereka untuk berkembang dan tumbuh. Banyak jenis kanker melakukan ini dengan meningkatkan mekanisme pengereman yang menjaga sel-sel kekebalan tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan ini mengubah pengobatan kanker dengan mendorong sel-sel kekebalan untuk menyerang sel-sel kanker. Obat-obatnya memiliki efek samping yang signifikan, tetapi telah terbukti efektif, termasuk, dalam beberapa kasus, melawan kanker stadium akhir yang sebelumnya tidak dapat diobati.


Allison, merupakan seorang profesor immunologi dari University of Texas's MD Anderson Cancer Center, yang mempelajari protein yang memang dikenal berfungsi sebagai rem pada sistem kekebalan tubuh. Dia menyadari potensi melepaskan rem dan dengan demikian melepaskan sel kekebalan kita untuk menyerang tumor. Dia kemudian mengembangkan konsep ini menjadi pendekatan baru untuk mengobati pasien kanker.

"Sementara Honjo, seorang profesor imunologi di Universitas Kyoto, menemukan protein yang berbeda pada sel-sel kekebalan yang juga tampak berfungsi sebagai rem, tetapi dengan mekanisme aksi yang berbeda," demikian tertulis dalam rangkuman Dewan Nobel.

"Saya merasa terhormat dan rendah hati untuk menerima pengakuan bergengsi ini. Motivasi bagi para ilmuwan hanyalah mendorong batas pengetahuan. Saya tidak berangkat untuk mempelajari kanker, tetapi untuk memahami biologi sel T, sel luar biasa ini yang menjelajah tubuh kita dan bekerja untuk melindungi kita," ujar Allison seperti dikutip dari The Guardian.

(ask/up)

Berita Terkait