Mulai dari beragam penyakit, hingga gaya hidup sehat yang patut dicontoh banyak dicari masyarakat. Tentunya ada informasi yang bikin penasaran dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak selengkapnya di slide berikut.
Harga rokok yang diusulkan naik menjadi Rp 70 ribu
|
Foto: (Thinkstock)
|
Menaikkan harga rokok sering digadang-gadang jadi cara yang paling efektif untuk menurunkan angka perokok. Pro kontra dari usulan ini pun kerap mewarnai, tapi benarkah menaikkan harga rokok bisa meninggalkan efek yang signifikan?
Hasil survei Komnas Pengendalian Tembakau dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKIS-UI) menyebutkan seharusnya harga rokok naik ke kisaran Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per bungkus untuk membuat orang lain berhenti merokok.
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari yang merasa yakin kalau langkah tersebut sudah cukup tepat untuk mengurangi angka perokok.
"Base research berbagai negara, salah satu cara menurunkan prevalansi perokok pemula adalah dengan menaikkan harga. Karena kalau dinaikkan, anak-anak kita tidak akan bisa menjangkaunya, sehingga mereka sulit untuk membeli rokok," ujar Lisda.
Namun kini, harga rokok masih tetap sama. Bahkan kalangan remaja atau anak sekolah pun masih bisa menjangkau harga rokok yang sekarang.
PNS cantik dari Bitung, Victorine Lengkong yang suka olahraga
|
Foto ilustrasi: shutterstock
|
Nama Victorine Lengkong mulai populer di media sosial pada tahun 2016, dan semakin melejit di tahun 2018 karena kecantikannya yang kerap disamakan dengan artis. PNS yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kota Bitung ini selain cantik gemar olahraga lho.
Olahraga yang ia gemari adalah zumba. Kalau zumba, mau berkeringat sebasah apapun pasti dijabaninya. Selain itu, Victorine juga suka nge-gym dan renang.
Ahli imunologi Jepang dan AS raih Nobel kedokteran untuk terapi kanker
|
Foto: Thinkstock
|
Ilmuan asal Amerika dan Jepang memenangkan Nobel 2018 pada 'Pysiology or Medicine' untuk penemuan mereka untuk pengobatan kanker. James Allison dan Tasuku Honjo pun dihadiahi £775,000 atau kurang lebih Rp 15 miliar di Karolinska Institute, Stockholm.
Kedua ilmuwan ini menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh dapat dimanfaatkan untuk menyerang sel-sel kanker. Terapi yang diperkenalkan kedua imunolog ini menargetkan protein yang menyerang pertahanan tubuh sehingga tak bisa membunuh sel kanker.
Penemuan ini mengubah pengobatan kanker dengan mendorong sel-sel kekebalan untuk menyerang sel-sel kanker. Obat-obatnya memiliki efek samping yang signifikan, tetapi telah terbukti efektif, termasuk, dalam beberapa kasus, melawan kanker stadium akhir yang sebelumnya tidak dapat diobati.
dr Agus Ali Fauzi yang ceramahnya kocak dan viral
|
Foto: Ongq Rifaldy Litualy
|
Tak terbayangkan sebelumnya oleh dr H Agus Ali Fauzi, PGD, Pall Med (ECU), bahwa ceramah motivasinya akan viral. Gaya bertuturnya yang lugas, ceplas-ceplos dan kadang 'anti mainstream' rupanya banyak membuat orang terkesan.
Bagaimana tidak, ketika dokter lain cenderung membatasi-batasi asupan makanan agar kadar kolestrol, Kepala Intalasi Paliatif RSU Dr Soetomo Surabaya ini malah engajak pasiennya makan durian dan kepiting.
"Nikmati saja," pesan dr Agus.
Ia mengaku tidak khawatir dikomplain koleganya karena materi ceramahnya yang 'anti mainstream' tersebut. Yang sebetulnya ia ingin tekankan adalah sebisa mungkin menghindari stres, karena seringkali banyak penyakit bermula dari pikiran yang tidak sehat.
Imbauan Koalisi Dokter Muslim soal fatwa mubah vaksin MR
|
Foto: Aisyah/detikHealth
|
Vaksin MR (Maesles Rubella) selalu menjadi kontroversi, terutama setelah diputuskan statusnya lewat Fatwa MUI nomor 33 Tahun 2018 bahwa vaksin tersebut haram, tetapi boleh digunakan karena belum ada vaksin yang halal atau suci.
Koalisi Dokter Muslim pun angkat suara. "Fatwa dan arahan MUI adalah 'MUBAH' Jadi boleh melakukan vaksin untuk anak-anak kita dan hal ini bisa menghilangkan keraguan," demikian tertera pada poin pertama rilis yang diterima detikHealth.
Mereka membandingkan vaksin MR dengan vaksin polio injeksi (IPV= Injection polio vaccine) yang dalam proses pembuatannya juga masih menggunakan enzim tripsin babi sebagai katalisator. Namun di hasil akhir vaksin sudah tidak ada. Beberapa ulama memfatwakan membolehkan karena sudah tidak mengandung babi dengan kaidah istihalah dan istihlak.











































