"Ini foto gue waktu pengobatan kanker, enggak botak karena emang gue enggak ngalamin rontok," ujarnya kala itu.
Hal ini pun dibenarkan oleh dr Angela Giselvania, Sp.Onk.Rad, dari Departemen Medik Radioterapi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ketika ditemui usai acara 'World Cancer Day 2019'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Gisel, kanker memiliki tiga modalitas utama dalam penyembuhan yakni kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi. Efeknya pun ternyata tidak selamanya membuat rambut rontok, ini ditentukan dari lokasi kanker tersebut ditemukan.
"Radioterapi efeknya lokal, hanya pada area yang kena radiasi. Jadi kalau radiasinya di brain misalnya brain tumor ya rambutnya bisa rontok, tapi kalau radiasinya di perut bawah misalnya kanker leher rahim itu enggak ada. Mungkin malah yang dia rasakan itu diare," jelas dokter dengan sapaan dr Gisel ini.
Dijabarkan olehnya, tumor secara umum memang permasalahan genetik, di mana ditemukkan mutasi atau materi genetik yang salah sehingga tumbuh atau membelah sehingga tidak dapat mati, padahal sel normal pasti bisa mati. Nah, karena itu dokter onkologi melakukan intervensi dengan memberi obat lewat kemoterapi atau radiasi yang tentunya ditujukan hanya pada gen yang 'salah' tersebut.
Itulah mengapa efek satu pasien ke pasien lainnya bisa berbeda.











































