Kenapa Ada Pasien Kanker yang Rontok Usai Radiasi dan Ada yang Tidak?

Kenapa Ada Pasien Kanker yang Rontok Usai Radiasi dan Ada yang Tidak?

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Senin, 04 Feb 2019 15:10 WIB
Kenapa Ada Pasien Kanker yang Rontok Usai Radiasi dan Ada yang Tidak?
Ilustrasi pengidap kanker yang mengalami kerontokan rambut usai radiasi. Foto: Thinkstock
Jakarta - Efek dari pengobatan kanker pada masing-masing pasien kanker dapat berbeda-beda, misalnya untuk urusan rambut rontok. detikHealth masih ingat sekali ketika waktu itu berbincang dengan seorang teman yang merupakan survivor kanker dan bercerita kalau ia tidak mengalami kebotakan selama pengobatan kanker.

"Ini foto gue waktu pengobatan kanker, enggak botak karena emang gue enggak ngalamin rontok," ujarnya kala itu.

Hal ini pun dibenarkan oleh dr Angela Giselvania, Sp.Onk.Rad, dari Departemen Medik Radioterapi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ketika ditemui usai acara 'World Cancer Day 2019'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurut dr Gisel, kanker memiliki tiga modalitas utama dalam penyembuhan yakni kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi. Efeknya pun ternyata tidak selamanya membuat rambut rontok, ini ditentukan dari lokasi kanker tersebut ditemukan.

"Radioterapi efeknya lokal, hanya pada area yang kena radiasi. Jadi kalau radiasinya di brain misalnya brain tumor ya rambutnya bisa rontok, tapi kalau radiasinya di perut bawah misalnya kanker leher rahim itu enggak ada. Mungkin malah yang dia rasakan itu diare," jelas dokter dengan sapaan dr Gisel ini.

Dijabarkan olehnya, tumor secara umum memang permasalahan genetik, di mana ditemukkan mutasi atau materi genetik yang salah sehingga tumbuh atau membelah sehingga tidak dapat mati, padahal sel normal pasti bisa mati. Nah, karena itu dokter onkologi melakukan intervensi dengan memberi obat lewat kemoterapi atau radiasi yang tentunya ditujukan hanya pada gen yang 'salah' tersebut.

Itulah mengapa efek satu pasien ke pasien lainnya bisa berbeda.

(ask/wdw)
Hari Kanker Sedunia
45 Konten
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan jumlah pengidap kanker. Dari 1,4 tiap 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 tiap 1.000 penduduk pada 2018. Kanker paru tertinggi pada laki-laki, kanker payudara tertinggi pada perempuan.

Berita Terkait