RSMM tentunya menyediakan pendampingan bagi para ODGJ yang membutuhkan bantuan selama nyoblos kertas suara. Salah satu pendamping adalah I Wayan Suardana yang telah menjadi pendamping ODGJ sejak 1984.
"Ada pengalaman unik selama jadi pendamping saat Pemilu. Mereka kadang suka lupa detail, misal kertas suaranya udah dibuka tapi nggak dicoblos malah dilipat lagi. Di ruangan ini mungkin ada ODGJ yang ngerti namun ada juga yang tidak," kata Suardana pada detikHealth, Rabu (17/4/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I Wayan Suardana, pendamping ODGJ Foto: Rosmha/detikHealth |
Suardana saat Pemilu berlangsung mendampingi seorang ODGJ lanjut usia yang juga mengalami gangguan pendengaran. Dengan keterbatasan pasien, Suardana menyatakan dirinya hanya membantu tanpa mengarahkan pilihan ODGJ. Selama mendampingi, Suardana disertai seorang saksi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjamin keabsahan suara ODGJ.
Menurut Suardana, Pemilu tahun ini sebetulnya tak jauh beda dengan yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun kertas suara yang disediakan terlalu banyak dan panjang sehingga susah dilipat. Belum lagi banyak foto, gambar, dan warna dalam kertas suara yang berisiko mengakibatkan ODGJ bingung.
"Buat masyarakat lain memang tidak masalah. Saya kira ada pengecualian untuk ODGJ eh ternyata sama saja kertas suaranya," kata Suardana.
Pendamping yang kini berusia 57 tahun ini menyambut positif fasilitasi yang diberikan pemerintah dan rumah sakit untuk ODGJ. Namun Suardana berharap bisa ada model kertas suara maupun aspek pelaksanaan nyoblos lain yang lebih ringkas untuk ODGJ.
Tonton juga video Tak Mau Kalah, Orang Gangguan Jiwa di Bogor Juga Nyoblos:
(up/up)












































I Wayan Suardana, pendamping ODGJ Foto: Rosmha/detikHealth