Selalu Dituding 'Racuni' Perokok Pasif, Perokok Aktif Curhat Susahnya Berhenti

ADVERTISEMENT

Selalu Dituding 'Racuni' Perokok Pasif, Perokok Aktif Curhat Susahnya Berhenti

Widiya Wiyanti - detikHealth
Rabu, 10 Jul 2019 13:13 WIB
Seseorang yang tidak merokok juga bisa terpapar asap rokok (Foto: Sapta Agung Pratama)
Jakarta - Salah satu penyebab kanker paru adalah paparan asap rokok. Bahkan seseorang yang bukan perokok tapi tinggal di lingkungan perokok seperti Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho bisa terkena kanker paru hingga menghembuskan napas terakhirnya. Dikenal dengan istilah perokok pasif atau second hand smoker.

Perokok aktif kerap menjadi sasaran empuk untuk disalahkan dalam masalah-masalah penyakit yang berkaitan dengan asap rokok. Seperti Ridwan (26), perokok aktif yang merasa menjadi kambing hitam atas dampak dari asap rokok.

"Sebentar-sebentar disalahin, padahal dari dulu Alm. bokap ngerokok dan kalau ngerokok dekat anak-anaknya, anak-anaknya nggak ada yang gimana-gimana," ujarnya kepada detikHealth, Rabu (10/7/2019).

Namun Ridwan tidak menyangkal akan bahaya asap rokok yang bisa terjadi pada non perokok. Menurutnya, zat-zat kimia berbahaya dari asap rokok bisa menempel di tubuh dan pakaian kemudian memapar pada orang yang bahkan tidak terpapar asap rokoknya.



"Perasaan bersalah ada, namun berhenti merokok tidak semudah memberhentikan metromini," ungkapnya.

Perasaan bersalah pun menghinggapi Danu (23) yang merupakan perokok aktif sejak beberapa tahun lalu. Menurutnya banyak sekali perokok aktif yang tidak peduli pada lingkungan sekitarnya sehingga berdampak buruk bagi kesehatan orang lain.

"Tapi sebenarnya gua sendiri termasuk yang memperhatikan kalau merokok cari tempat yang jauh dari banyak orang, biasanya gua menjauh. Cuma balik lagi karena di Indonesia belum ada banyak tempat khusus perokok cuma ada di kafe atau kantor, tapi untuk dipinggir jalan belum ada, sama budaya di Indonesia yang ngerokok di sembarang tempat. Ya kalau dari gua, seandainya bisa berhenti merokok, lebih baik berhenti gak usah ngerokok. Cuma perlahan-lahan, nggak bisa langsung berhenti," jelas Danu.



Sementara itu, Rai (25) tidak merasa bersalah karena ia mengaku tidak merokok di tempat umum atau di tempat banyak orang tidak merokok. Ia juga mengatakan bahwa membatasi merokok hanya dengan perokok lainnya.

"Nggak setuju kalau ngerokok nggak pada tempatnya, misal ada anak kecil atau ada orang yang nggak ngerokok," tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan Stefanus (29), bahwa ia tidak merasa bersalah jika ia tidak menyebabkan seseorang sakit karenanya. Karena menurutnya, penyebab kanker paru bukan hanya asap rokok.

"Karena gue menyadari penyebab kanker lebih kepada polusi ketimbang rokok, dan zat kimia lain yang eksposurenya lebih berbahaya. Gue nggak akan menyalahkan diri gue atas keadaan yang emang udah begini," tandasnya.

Kalau menurut detikers, mana yang lebih berbahaya: jadi perokok pasif atau perokok aktif? Tulis pendapatmu di komentar.



Simak Video "Verawaty Fajrin Meninggal karena Kanker Paru, Apa saja gejalanya?"
[Gambas:Video 20detik]
(wdw/up)
Kanker Paru Intai Perokok Pasif
Kanker Paru Intai Perokok Pasif
10 Konten
Dalam sebuah video yang viral, mendiang Sutopo Purwo Nugroho menyebut dirinya korban asap rokok. Ia sendiri tidak merokok, namun harus ikut menanggung risiko terburuk yakni terkena kanker paru yang mematikan. Dikenal dengan istilah perokok pasif.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT