Di Facebook misalnya, Bajakah dijual dengan harga yang beragam mulai dari 100 ribu rupiah sampai 2 juta rupiah. Tapi, hati-hati bisa jadi Bajakah yang dijual di media sosial tersebut berbeda jenis dari yang diteliti 3 siswa SMAN Palangkaraya.Terkait maraknya penjualan Bajakah di media sosial, Daldin, ayah Yazid, salah satu anak yang meneliti Bajakah memberikan komentar.
"Bajakah itu kan sebenarnya akar, banyak jenisnya," kata Daldin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, spesifikasi jenis Bajakah yang digunakan dalam penelitian anak-anak Palangkaraya MASIH DIRAHASIAKAN.
"Yang pasti, dari pihak kami, Bajakah yang dipakai dalam riset anak-anak masih dirahasiakan," kata Kepala Sekolah SMAN 2 Palangkaraya, Mi'razulhaidi.
Mi'razulhaidi juga berharap agar masyarakat tidak sembarangan berspekulasi jenis Bajakah yang digunakan anak-anak dalam penelitiannya dan membabat habis segala jenis Bajakah di hutan.
"Kasihan hutan. Makanya pemerintah harus secepatnya juga mengambil langkah. Semoga kedepannya bisa membantu orang yang memang membutuhkan, jangan sampai orang-orang yang cari kesempatan," kata Zul.
Sebelumnya memang dikatakan bahwa adanya kekhawatiran jika jenis Bajakah yang digunakan anak-anak disebarluaskan. Pihak keluarga dan sekolah takut jika Bajakah dieksploitasi pihak-pihak untuk memperoleh keuntungan dan membahayakan hutan mereka.
"Kalau dipakai terus kan ya tetap aja akan habis dibabat orang," kata Zul.
Pihaknya baru akan membuka jenis Bajakah untuk pengembangan riset jika pemerintah memiliki tujuan untuk kemanusiaan.
"Tergantung. Kita lihat dulu tujuannya apa. Kita lihat kedepan yang penting tujuannya untuk manusia. Demi kemanusiaan. Jangan sampai disalahgunakan," kata Daldin, ayah Yazid, saat ditanya mengenai kemungkinan pihaknya membuka jenis Bajakah yang membuat banyak orang penasaran.
(up/up)











































