"Sebetulnya kita tidak pakai target-targetan karena ingin secepatnya. Namun program perlu evaluasi yang bisa dilakukan saat bayi berusia tiga tahun (batita). Nanti bisa dilihat apakah program sudah tepat dan ada lampu hijau penurunan stunting 20 persen," kata Menkes Terawan dalam kunjungan ke Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Selasa (28/10/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program kedua adalah melibatkan puskesmas, yang fungsinya kembali menjadi preventif dan promotif bukan kuratif. Puskesmas berperan mencegah stunting yang nantinya menjadi bahan penilaian akreditasi puskesmas. Layanan kesehatan tersebut dikatakan terakreditasi jika mampu mencegah stunting.
Masih soal upaya pencegahan stunting, Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo SpOG(K) mengingatkan pentingnya jarak kelahiran. Jarak yang tidak terlalu dekat memungkinkan anak mendapat cukup asupan gizi dan kasih sayang, sehingga tidak terjadi gagal tumbuh.
"Spacing atau jarak kelahiran antar anak paling tidak tiga tahun. Selain mencegah stunting, pengaturan jarak juga mencegah risiko kematian ibu dan bayi," kata dr Hasto.
Baru-baru ini, Nila F Moeloek saat masih menjabat Menkes, mengumumkan data terbaru BPS (Badan Pusat Statistik) yang menyebut adanya penurunan angka stunting. Jika pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 angkanya masih 30,8 persen, data terbaru menunjukkan perbaikan menjadi 27,67 persen.
Baca juga: Kemenkes: Stunting Turun Jadi 27,67 Persen |
(up/up)











































