Autopsi Lina Selesai, Ini Perubahan Fisik yang Dialami Tubuh Setelah Kematian

Autopsi Lina Selesai, Ini Perubahan Fisik yang Dialami Tubuh Setelah Kematian

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Kamis, 09 Jan 2020 15:11 WIB
Autopsi Lina Selesai, Ini Perubahan Fisik yang Dialami Tubuh Setelah Kematian
Lokasi pembongkaran makam Lina untuk diautopsi. Foto: Makam Lina Dibongkar. Dony/detikHOT
Jakarta - Autopsi mantan istri Sule, Lina Jubaedah dinyatakan selesai, namun hasil rincinya belum diketahui. Terlebih lagi jenazah telah memasuki proses pembusukan sehingga soal lebam tak bisa langsung dipaparkan mengenai hasilnya.

"Kalau kondisi luar, karena kondisi mayat sudah proses pembusukan, nanti disampaikan hasil akhirnya oleh tim forensik," ucap Kabid Humas Polda Jabar Kombes Saptono Erlangga Waskitoroso di lokasi pembongkaran, Jalan Sekelimus, Kota Bandung, seperti dikutip dari detikcom, Kamis (8/1/2020).

Momen meninggal dunia bukanlah momen yang instan di mana jantung berhenti berdetak dan seseorang tak lagi bernapas. Otak masih bekerja selama 10 menit usai meninggal, sehingga kemungkinan besar otak mengenali bahwa tubuh sedang dalam keadaan meninggal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah dipastikan seseorang meninggal dunia, berikut adalah proses fisik yang terjadi, dikutip dari Verywell Health:

1 jam pertama

Foto: Makam Lina eks Sule dipindahkan / Dony IR
Saat meninggal, seluruh otot dalam tubuh menjadi rileks, sebuah kondisi yang disebut primary flaccidity. Kelopak mata tidak lagi tegang, pupil mata melebar, rahang mungkin membuka, dan sendi tubuh serta kaki tangan menjadi fleksibel.

Karena hilangnya ketegangan di otot, kulit akan mengendur. Jantung yang berhenti lalu diikuti dengan proses yang disebut dengan pallor mortis menyebabkan warna merah muda di kulit Kaukasian menjadi pucat karena darah keluar dari pembuluh darah di kulit.

Dalam waktu yang sama, tubuh mulai mendingin dari temperatur normal hingga mendapai temperatur terendah di sekitarnya. Proses ini dikenal sebagai algor mortis, yakni penurunan suhu tubuh secara linear; dua derajat celcius di jam pertama, satu derajat di tiap jam berikutnya. Proses ini bisa membantu menentukan perkiraan waktu meninggal.

2-6 jam kemudian

Foto: Teddy Tolak Jenazah Lina Dimakamkan di Tempat Sule. Dony/detikHOT

Karena jantung tak lagi memompa darah, gravitasi mulai menariknya ke area tubuh terdekat dengan tanah dan mengumpul di sana, proses ini disebut livor mortis. Jika tubuh tidak disentuh selama beberapa jam, bagian tubuh dekat tanah akan muncul lebam berwarna merah keunguan karena darah yang terakumulasi alias 'noda postmortem'.

3 jam usai kematian, kimiawi dalam tubuh berubah terutama pada sel-selnya yang menyebabkan otot mulai mengencang, yang dikenal sebagai proses rigor mortis. Otot pertama yang akan terkena adalah kelopak mata, rahang, dan leher. Selama beberapa jam berikutnya, rigor mortis akan terus menyebar ke wajah dan menurun ke dada, abdomen, lengan, dan kaki hingga akhirnya mencapai jemari kaki dan tangan.

7-12 jam selanjutnya

Foto: Instagram/@putridelinaa
Pada jam-jam ini puncak kekakuan otot di seluruh tubuh terjadi setelah 12 jam usai proses rigor mortis, walau nantinya akan dipengaruhi oleh usia, kondisi fisik, jenis kelamin dari mayat, serta suhu udara, dan faktor-faktor lainnya.

Dalam titik ini, kedua tangan dan kaki mayat akan sulit digerakkan. Lutut dan siku akan sedikit miring dan jemari kaki serta tangan dapat terlihat agak sedikit aneh.

Di atas 12 jam

Foto: Instagram @putridelinaa
Setelah mencapai tahap maksimal dari rigor mortis, otot akan mulai melemas karena perubahan kimiawi dalam sel-sel tubuh dan pembusukan jaringan internal. Proses ini dikenal sebagai secondary flaccidity, terjadi dalam periode satu hingga tiga hari dan dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti temperatur (dingin memperlambat proses).

Selama proses ini, kulit akan menyusut dan menciptakan ilusi bahwa rambut dan kuku sedang bertumbuh. Rigor mortis nantinya akan menghilang ke arah sebaliknya, dari jemari kaki dan tangan ke wajah, dalam periode mencapai 48 jam. Ketika proses ini komplit, seluruh otot tubuh akan kembali rileks.

Halaman 2 dari 5
Saat meninggal, seluruh otot dalam tubuh menjadi rileks, sebuah kondisi yang disebut primary flaccidity. Kelopak mata tidak lagi tegang, pupil mata melebar, rahang mungkin membuka, dan sendi tubuh serta kaki tangan menjadi fleksibel.

Karena hilangnya ketegangan di otot, kulit akan mengendur. Jantung yang berhenti lalu diikuti dengan proses yang disebut dengan pallor mortis menyebabkan warna merah muda di kulit Kaukasian menjadi pucat karena darah keluar dari pembuluh darah di kulit.

Dalam waktu yang sama, tubuh mulai mendingin dari temperatur normal hingga mendapai temperatur terendah di sekitarnya. Proses ini dikenal sebagai algor mortis, yakni penurunan suhu tubuh secara linear; dua derajat celcius di jam pertama, satu derajat di tiap jam berikutnya. Proses ini bisa membantu menentukan perkiraan waktu meninggal.

Karena jantung tak lagi memompa darah, gravitasi mulai menariknya ke area tubuh terdekat dengan tanah dan mengumpul di sana, proses ini disebut livor mortis. Jika tubuh tidak disentuh selama beberapa jam, bagian tubuh dekat tanah akan muncul lebam berwarna merah keunguan karena darah yang terakumulasi alias 'noda postmortem'.

3 jam usai kematian, kimiawi dalam tubuh berubah terutama pada sel-selnya yang menyebabkan otot mulai mengencang, yang dikenal sebagai proses rigor mortis. Otot pertama yang akan terkena adalah kelopak mata, rahang, dan leher. Selama beberapa jam berikutnya, rigor mortis akan terus menyebar ke wajah dan menurun ke dada, abdomen, lengan, dan kaki hingga akhirnya mencapai jemari kaki dan tangan.

Pada jam-jam ini puncak kekakuan otot di seluruh tubuh terjadi setelah 12 jam usai proses rigor mortis, walau nantinya akan dipengaruhi oleh usia, kondisi fisik, jenis kelamin dari mayat, serta suhu udara, dan faktor-faktor lainnya.

Dalam titik ini, kedua tangan dan kaki mayat akan sulit digerakkan. Lutut dan siku akan sedikit miring dan jemari kaki serta tangan dapat terlihat agak sedikit aneh.

Setelah mencapai tahap maksimal dari rigor mortis, otot akan mulai melemas karena perubahan kimiawi dalam sel-sel tubuh dan pembusukan jaringan internal. Proses ini dikenal sebagai secondary flaccidity, terjadi dalam periode satu hingga tiga hari dan dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti temperatur (dingin memperlambat proses).

Selama proses ini, kulit akan menyusut dan menciptakan ilusi bahwa rambut dan kuku sedang bertumbuh. Rigor mortis nantinya akan menghilang ke arah sebaliknya, dari jemari kaki dan tangan ke wajah, dalam periode mencapai 48 jam. Ketika proses ini komplit, seluruh otot tubuh akan kembali rileks.

(frp/up)

Berita Terkait