Pakai Masker Kain, Ini Rekomendasi Filter Pelapis untuk Tangkal Corona

Pakai Masker Kain, Ini Rekomendasi Filter Pelapis untuk Tangkal Corona

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 26 Mei 2020 18:31 WIB
Pakai Masker Kain, Ini Rekomendasi Filter Pelapis untuk Tangkal Corona
Masker kain banyak dipilh sebagai salah satu cara tangkal Corona. (Foto: dok detikcom)
Jakarta -

Salah satu syarat saat menjalani 'new normal' di tengah pandemi virus Corona adalah kewajiban penggunaan masker. Adanya kelangkaan masker medis membuat masker kain menjadi pilihan saat digunakan di tempat umum.

"Masker kain boleh-boleh saja digunakan, tapi efektivitasnya tentu tak sebesar masker bedah," kata spesialis paru dr Frans Abednego, SpP, saat dihubungi detikcom Selasa (26/5/2020).

Ada beragam jenis masker kain yang diedarkan di masyarakat, salah satunya yakni dengan rongga yang diperuntukkan untuk filter. Beberapa menganggap melapisinya dengan tisu bisa lebih efektif untuk menyaring partikel virus atau bakteri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam hal ini menyarankan untuk menggunakan filter kopi atau menggunakan bagian dari kantong vakum HEPA atau filter pendingin udara untuk digunakan bersamaan dengan masker kain.

Efektivitas masker kain tentu tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Tetapi menambahkan filter bisa disebut bisa menambah proteksi.

ADVERTISEMENT

Mengutip TODAY, sebuah penelitian dari Missouri S&T yang dipimpin oleh Yang Wang, Ph.D, asisten profesor teknik lingkungan, menerangkan bahwa masker kain hanya memblokir 10-20 persen partikel. Namun tambahan beberapa lapisan filter HEPA bisa memblokir 80-90 persen partikel.

Jika tidak dapat mengakses filter HEPA, menambahkan lebih banyak lapisan kain tenun yang rapat juga dapat meningkatkan perlindungan.




(kna/up)
Panduan Sehat New Normal
42 Konten
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah akan segera disudahi, sementara pandemi virus Corona COVID-19 belum juga berakhir. Beradaptasi dengan 'the new normal' adalah keniscayaan.

Berita Terkait