Curhat Dokter Junior, Dikerjai Senior Jadi Tukang Cuci Alat

Curhat Dokter Junior, Dikerjai Senior Jadi Tukang Cuci Alat

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Sabtu, 05 Sep 2020 20:55 WIB
Curhat Dokter Junior, Dikerjai Senior Jadi Tukang Cuci Alat
Senioritas di kalangan mahasiswa kedokteran melahirkan tradisi bullying yang meresahkan (Foto: Getty Images/iStockphoto/bojanstory)
Jakarta -

Senioritas di kalangan dokter kerap disalahgunakan untuk mengerjai para junior. Bentuk-bentuk bullying bermunculan, dari yang halus sampai yang 'brutal'.

Bullying yang halus biasanya masih berhubungan dengan pekerjaan utama. Seperti dialami YP, seorang mahasiswi kedokteran di Bandung, yang menceritakan pengalamannya saat koas di sebuah rumah sakit.

"Sebenarnya ada beberapa tugas yang harusnya nggak mesti kita kerjain gitu. Misalnya di bagian kandungan itu banyak banget kerjaannya, kaya ini-itu dikerjain. Sampai nyuci alat bulat lahiran aja kita yang nyuci," tutur Y kepada detikcom.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, karena saking capeknya jadi kadang tugas utama kita suka lupa," lanjutnya.

Bentuk bullying yang lebih berat juga dialaminya, misalnya harus menyediakan makanan dan minuman untuk 'oknum' dokter senior. Biasanya dilakukan ketika ada keperluan tertentu.

ADVERTISEMENT

"Jadi misal di bagian stase tertentu ada dokter yang emang kalau mau bimbingan tuh kitanya harus nyediain teh botol, makanan berat," kata Y.

Wakil ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Slamet Budiarto mengatakan tindakan bullying di kalangan mahasiswa kedokteran adalah pelanggaran etik. Pihaknya akan menindak tegas jika ditemukan kasus semacam itu.

"Jadinya kita menghimbau untuk kepada institusi pendidikan yang menyelenggarakan spesialis, untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada saat penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan spesialis apakah ada bullying dan lain-lain," kata dr Slamet.




(naf/up)
Bullying Dokter Junior
12 Konten
Bullying di kalangan dokter junior tengah jadi sorotan. Sudah bukan rahasia lagi, senioritas di kalangan dokter rentan melahirkan praktik-praktik perundungan. Banyak yang memilih diam, mengorbankan perasaan demi menyelamatkan studinya.

Berita Terkait