Kumpul-kumpul 'closing-an' alias penutupan sebelum penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tampaknya jadi tren di kalangan anak muda akhir pekan ini. Tidak takut virus Corona atau saking sudah frustrasi apa-apa dibatasi?
Menurut pengakuan seorang remaja kepada detikcom, kumpul-kumpul semacam ini mereka lakukan sekadar untuk 'have fun' melampiaskan kebosanan. Mereka tidak khawatir dengan risiko penularan karena sehari-hari memang sering berkumpul.
"Saya sih kumpul-kumpul aja dan yakin gak kenapa-napa. Toh, emang hampir setiap hari kan sama mereka. Kalau mereka kena, saya juga bakal kena," kata remaja yang tak mau disebut namanya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa warga yang ditemui detikcom juga mengaku tetap akan menggelar kumpul-kumpul dengan rekannya ketika PSBB kembali diperketat. Selama menerapkan protokol kesehatan, mereka menganggapnya aman-aman saja dilakukan.
"Karena bakal banyak tempat yang tutup, palingan kita kumpul di cafe punya temen kita aja sih," kata seorang pengunjung mal.
Sementara itu, psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum mengomentari kecenderungan foto-foto saat berkumpul lalu membagikannya di media sosial. Menurutnya, hal itu akan mempengaruhi orang lain yang melihatnya dan mendorong untuk ikut-ikutan.
Dengan masih tingginya kasus penularan COVID-19, kumpul-kumpul tentu meningkatkan risiko. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 100 dokter meninggal dunia di garis depan penanganan COVID-19.
"Berempatilah pada beberapa nakes yang sedang berjuang, yang bahkan bisa jadi sedang berjuang demi salah satu anggota keluarga kita. Salah satu ciri manusia masih menjadi manusia adalah jika masih memiliki hati dan empati," pesan Rahma.
(up/up)











































