TBC Tulang, mungkinkah dikenali dan diobati saat pandemi?
Gangguan TBC Tulang secara umum memang sulit dikenali pasien dan keluarganya. Namun menurut dokter ortopedi FKUI-RSCM Dr dr Rahyussalim, SpOT(K)-Spine, sebetulnya ada gejala khas TBC Tulang yang memudahkan pasien dan lingkungannya lebih aware.
"Ada gejala khas TBC Tulang yang menjadi pembeda dengan rasa pegal dan nyeri biasa. Selain nyeri juga disertai badan meriang atau demam. Pasien bisa lebih aware jika merasakan demam, lemas, dan lemah," ujar dr Rahyussalim dalam pesan yang diterima penulis.
Waspada dan kehati-hatian harus lebih meningkat, jika ada lingkungan dekat pasien yang mengalami TBC. Bakteri penyebab TBC dikenal mudah menginfeksi lewat percikan lendir atau dahak, saat batuk dan bersin.
Karena itu, disarankan tidak kontak terlalu dekat dengan pasien TBC dan menggunakan masker. Adanya kasus TBC di lingkungan sekitar, menjadi alasan kuat untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imun tubuh.
Diagnosa pasien TBC Tulang dapat diketahui lewat pemeriksaan rontgen, MRI, dan hasil cek laboratorium terkait tanda-tanda infeksi lainnya. Pasien yang didiagnosa TBC Tulang harus mendapat penanganan secepatnya, supaya kerusakan tidak terlalu jauh.
Pasien TBC Tulang yang telah dioperasi dan dipasang pen biasanya harus menjalani fisioterapi. Latihan fisioterapi memungkinkan tubuh pasien TBC Tulang bisa kembali bergerak seperti semula.
Terkait pandemi COVID-19, dr Rahyussalim mengatakan tak jadi alasan untuk menunda pengobatan TBC Tulang. Pasien yang perlu dioperasi bisa menggunakan teknik minimal invasive. Proses pengobatan juga harus dilanjutkan meski masih pandemi.
Hal sama berlaku untuk pasien TBC Tulang yang sedang menjalani fisioterapi untuk mengembalikan fungsi tubuh. Penundaan mungkin tak mempengaruhi kesembuhan, namun latihan teratur memungkinkan pasien bisa sembuh dan bergerak kembali seperti semula.
Dua kasus TBC Tulang dalam wawancara ini berlokasi di Jawa Barat. Provinsi ini ternyata memiliki jumlah kasus TBC Tulang terbanyak di Indonesia. Pada tahun 2019, sebanyak 123 dari 249 kasus TBC Tulang ditemukan di Jawa Barat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, mengatakan saat ini Indonesia tidak memiliki angka sebaran TBC Tulang di Indonesia. Sebagai TBC ekstra paru, penanganan utama tetap fokus pada TBC ditambah terapi lain yang diperlukan sesuai penyakitnya.
"Angka insiden TBC pada 2019 adalah 312 per 100.000 penduduk. Jika terjadi TBC Tulang berarti ada komplikasi. TBC Tulang pada umumnya tidak memberikan keluhan yang spesifik, contoh batuk lebih dari 2 minggu sehingga sulit untuk diketahui," kata Siti Nadia.
![]() |
TBC Tulang ternyata dapat dicegah dengan cara yang tidak berbeda untuk TBC paru pada umumnya. Siti Nadia menjelaskan, salah satu caranya adalah menjaga kebersihan diri dan konsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk meningkatkan sistem imun.
Bagi kontak erat dengan pasien TBC terkonfirmasi harus diberikan obat pencegahan TBC selama 3-6 bulan. Sedangkan bagi pasien TBC harus minum obat sesuai aturan dan disiplin hingga tuntas, supaya tidak terjadi komplikasi.
Untuk penanganan TBC Tulang di tengah pandemi COVID-19, Siti Nadia sama dengan dr Rahyussalim. Penanganan jangan sampai berhenti karena masih ditemukannya kasus COVID-19, tentunya dengan tetap melakukan pencegahan COVID-19.
"Fisioterapi dan operasi tetap bisa dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Saat ini kami telah berkoordinasi untuk mengaktifkan kembali kader, temuan kasus aktif, layanan TBC di puskesmas," kata Siti Nadia.
Layanan bisa diberikan dengan mekanisme berbeda, sehingga pasien TBC tidak kontak dengan masyarakat umum atau yang mungkin terinfeksi COVID-19. Mekanisme ini juga bisa dilakukan di rumah sakit, misal dengan membuat jadwal dan perjanjian lebih dulu untuk pelaksanaan fisioterapi dan operasi.
(row/erd)