Pekan ini sempat ramai kabar yang menyebut vaksin COVID-19 buatan Sinovac cenderung lebih lemah bila dibandingkan vaksin COVID-19 lain. Berawal dari pemberitaan Al Jazeera pada November silam yang memuat tabel tentang perkembangan uji klinis berbagai vaksin COVID-19.
Tabel secara detail membandingkan 10 vaksin COVID-19, antara lain dari AstraZeneca-Oxford, CanSino, Gamaleya Research Institute, INOVIO, Johnson & Johnson, Moderna, Pfizer-BioNTech, Sinopharm, dan Sinovac.
Vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech disebut paling tinggi menimbulkan respons imun sampai 95 persen, sementara vaksin COVID-10 buatan Sinovac hanya ditulis keterangan "low" atau rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak dijelaskan lebih detail dari mana sumber data yang digunakan tabel.
Juru bicara program vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucia Rizka Andalusia, memastikan belum ada tabel data resmi yang membandingkan respons imun beragam kandidat vaksin COVID-19. Kabar ini bahkan sudah dikonfirmasi ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Hingga saat ini, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respon imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah sebagaimana ditampilkan dalam pemberitaan," tegas Lucia.
"Pemerintah telah menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa vaksinasi hanya dilakukan dengan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu secepatnya," lanjutnya.
Lucia menjelaskan vaksin Corona buatan Sinovac tidak hanya dipesan oleh Indonesia. Beberapa negara mulai dari Brasil, Turki, Singapura, Chili dan Filipina juga diketahui memesan vaksin COVID-19 Sinovac.
(fds/kna)











































