Vaksin Terawan Diragukan, Komisi VI DPR: Baru Mulai Kok Sudah Dikritik

Vaksin Terawan Diragukan, Komisi VI DPR: Baru Mulai Kok Sudah Dikritik

Bayu Ardi Isnanto - detikHealth
Minggu, 21 Feb 2021 05:00 WIB
Vaksin Terawan Diragukan, Komisi VI DPR: Baru Mulai Kok Sudah Dikritik
Vaksin Nusantara (Foto: Angling/detikHealth)
Solo -

Vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dipertanyakan sejumlah akademisi maupun praktisi. Wakil Ketua Komisi 6 DPR RI, Aria Bima mengajak seluruh pihak berlomba-lomba mencari cara mengatasi pandemi COVID-19.

Menurutnya, kemunculan vaksin yang dibuat anak bangsa seharusnya mendapat dukungan. Termasuk Vaksin Nusantara, dia meminta masyarakat mendukung vaksin yang kini tengah diuji klinis.

"Penemuan vaksin yang kreatornya anak bangsa tentu harus didukung, diberi keleluasaan. Jangan baru dimulai kok sudah dikritik," kata Aria saat dijumpai di Solo, Sabtu (20/2/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menilai sebetulnya kritik dan masukan boleh saja disampaikan. Namun jangan sampai kritik dilakukan untuk menegasikan sebuah karya.

"Kritik masukan dalam konteks akademis maupun medis boleh saja, tapi jangan kemudian saling menegasikan. Mari berlomba-lomba berpartisipasi dalam pandemi ini. Tidak hanya fisik, tapi juga intelektual," katanya.

ADVERTISEMENT

Untuk diketahui Vaksin Nusantara sudah menyelesaikan uji klinis tahap I dengan jumlah relawan yang disuntik 27 orang. Uji klinis pertama tersebut untuk memastikan keamanan dan hasilnya menurut tim peneliti sudah bagus.

Cara kerja vaksin tersebut yaitu sel dendritik autolog yang diambil dari orang yang akan divaksin dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-CoV-2 di laboratorium. Sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS-CoV-2.

"Di laboratorium sel dendritik dikenalkan dengan rekombinan dari virus SARS-cov-2. Sel dendritik jadi pintar mengetahui dan antisipasi virus dan disuntikkan kembali. Kelebihannya tidak ada komponen virus ke tubuh manusia," kata salah satu peneliti Vaksin Nusantara, Dr Yetty Movieta Nency SPAK hari Rabu (17/2) kemarin.

Sel dendritik diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin sehingga bersifat personalized. Hal itulah yang juga menjadi kelebihan karena bisa digunakan untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksinasi dari vaksin lain.

"Kelebihannya alternatif untuk orang-orang yang tidak masuk pada vaksin yang sudah beredar. Misal penyakit berat, mengalami kanker dan lainnya, dengan vaksin dendiritik dimungkinkan bisa," tegasnya.




(up/up)
Kontroversi Vaksin Nusantara
93 Konten
Satu lagi vaksin COVID-19 buatan anak bangsa, Vaksin Nusantara, sedang dalam proses pengembangan. Namun penggunaan teknologi sel dendritik jadi sorotan, dinilai terlalu rumit untuk menjawab kebutuhan di masa pandemi. BPOM tak meloloskan ujinya.

Berita Terkait