Beberapa penyintas tak kunjung pulih dari sederetan gejala meski telah dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19. Tak hanya dialami penyintas COVID dengan riwayat penyakit komorbid, hal ini juga rupanya banyak dialami pasien berusia muda yang belum pernah terkena penyakit berat sebelumnya.
Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan dr Diah Handayani, Sp.P(K) menjelaskan, cara untuk mendeteksi dan menangani risiko long COVID adalah dengan pemeriksaan menyeluruh pada pasien.
"(Pemeriksaan) menyeluruh. Apa yang harus dilakukan? Kita bisa melakukan pemeriksaan darah, rontgen, cek tekanan darah, inflamasi. Itu diperlukan bukan berarti seluruhnya menyelesaikan apa yang dialami," ujarnya dalam webinar oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta, Sabtu (3/4/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, belum ada kepastian soal gejala yang akan timbul dari kondisi fisik setiap pasien. Gejala yang terlapor pun kian beragam. Mulai dari gangguan pernapasan, kardiovaskular, hingga gejala-gejala yang awalnya sempat tak terduga seperti kerontokan rambut.
"Bukan mengada-ada tapi ini sindrom yang menyeluruh. Bisa saja tidak hanya 1, tapi banyak," imbuhnya.
Lantas, apa saja gejala berkepanjangan yang dikeluhkan oleh pasien long COVID? Berikut di antaranya:
- Kardiovaskular: Miokardiopati, gangguan ventrikel, emboli
- Respirasi (Paru): Penurunan fungsi paru, fibrosis
- Ginjal: Gagal ginjal akut
- Dermatologi: Ruam kemerahan pada kulit, rambut rontok
- Neurologi: Disfungsi penciuman, pengecapan, gangguan tidur, penurunan kognitif, gangguan memori
- Gangguan psikis: Depresi, ansietas (gangguan cemas), gangguan mood
(vyp/up)











































