Mengenal Happy Hypoxia, Oksigen Dirampok COVID-19 Tapi Napas Tetap 'Happy'

Mengenal Happy Hypoxia, Oksigen Dirampok COVID-19 Tapi Napas Tetap 'Happy'

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 09 Jul 2021 10:40 WIB
Mengenal Happy Hypoxia, Oksigen Dirampok COVID-19 Tapi Napas Tetap Happy
Foto: Getty Images/iStockphoto/Juanmonino
Jakarta -

Meningkatnya angka kematian akibat COVID-19 di Bengkayang, Kalimantan Barat dikaitkan dengan kondisi happy hypoxia. Disebutkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian mendadak.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, I Made Putra Negara menjelaskan, pengidap happy hypoxia masih bisa beraktivitas seperti biasa, bahkan jalan-jalan dan tertawa.

"Kondisi tersebut membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan berupa sesak napas atau dispnea. Kasus ini sudah ada di Bengkayang," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kasusnya orangnya bisa jalan-jalan, bisa ketawa-ketawa, tiba-tiba sesak napas dan meninggal. Itu yang dikenal dengan happy hypoxia. Sudah ada kasusnya di Bengkayang. Kami juga berduka ada salah satu kepala puskesmas di Bengkayang meninggal, yang juga sesaknya mendadak," lanjutnya.

Hipoksia adalah kondisi berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh. Kondisi ini diindikasikan dengan turunnya kadar oksigen dalam darah atau hipoksemia (hypoxemia) yang diukur melalui pemeriksaan gas darah. Dengan alat seperti oximeter, kadar oksigen normal ditandai dengan saturasi oksigen di rentang 94-99 persen.

ADVERTISEMENT

Pada kondisi paru-paru yang bermasalah, saturasi oksigen bisa turun dan menimbulkan gejala seperti sesak napas. Jika penanganan terlambat, bisa berujung kematian.

Pada kasus 'happy hypoxia' atau 'silent hypoxemia', pasien mungkin tidak merasakan keluhan sesak napas ketika kadar oksigen turun di bawah normal. Tidak diketahui pasti penyebabnya, namun diyakini berhubungan dengan kerusakan saraf.

Meski tidak terasa sesak, kondisi oksigen yang turun pada happy hypoxia tak kalah berbahaya. Kondisi oksigen 'nge-drop' tanpa gejala inilah yang bisa menimbulkan kematian mendadak.

Dikutip dari Times of India, tidak selalu COVID-19 menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Pada pasien dengan tingkat gejala ringan, biasanya gejala berupa demam, batuk, dan anosmia. Namun jika pasien mengalami sesak napas, sebaiknya segera ke rumah sakit agar beroleh penanganan tepat.

Berikut gejala yang perlu diwaspadai terkait potensi hipoksia dan 'happy hypoxia':

  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Kebingungan
  • Perubahan warna bibir atau bibir kebiruan
  • Hidung melebar

Direktur All India Institute Of Medical Sciences, New Delhi (AIMS), dr Randeep Guleria menyebut, tambahan suplai oksigen seperti dari tabung baru perlu diberikan jika saturasi oksigen pasien sudah mencapai kurang dari atau sama dengan 93 persen.

Maka itu, penting untuk memantau kondisi dan saturasi oksigen pasien COVID-19 secara rutin untuk mengantisipasi happy hypoxia. Pada pasien yang menjalani isolasi mandiri, saturasi oksigen bisa diukur menggunakan alat oximeter.




(vyp/up)

Berita Terkait