Sarah Gilbert, Peneliti Vaksin yang Dapat Standing Applause di Wimbledon

ADVERTISEMENT

Sarah Gilbert, Peneliti Vaksin yang Dapat Standing Applause di Wimbledon

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Senin, 19 Jul 2021 06:00 WIB
LONDON, ENGLAND - JUNE 28: The Royal Box stands and applauds University of Oxford Professor Sarah Gilbert (seated in red, bottom right) one of the people behind the Astra Zeneca COVID-19 vaccine ahead of the opening match on Centre Court during Day One of The Championships - Wimbledon 2021 at All England Lawn Tennis and Croquet Club on June 28, 2021 in London, England. (Photo by AELTC/Joe Toth-Pool/Getty Images)
Prof Sarah Gilbert (baju merah) mendapat standing ovation di Wimbledon 2021 (Foto: AELTC/Joe Toth-Pool/Getty Images)
Jakarta -

Sosok Sarah Gilbert belakangan ini jadi perbincangan. Video saat Profesor Oxford ini mendapat standing ovation di ajang Wimbledon 2021 banyak dibagikan.

Momen ini sebenarnya terjadi pada hari pertama turnamen Wimbledon akhir Juni lalu. Prof Gilbert duduk di barisan penonton di lapangan tengah saat pembawa acara menyebutkan sosok-sosok inspirational yang menjadi tamu dalam turnamen tersebut sebelum laga antara Novak Djokovic melawan Jack Draper.

Saat nama Prof Gilbert disebut sebagai "pemimpin yang telah mengembangkan vaksin anti-COVID", tepuk tangan membahana di seluruh arena. Sejurus kemudian, satu persatu penonton mulai berdiri memberikan penghormatan sambil terus bertepuk tangan.

Siapa sebenarnya Saraf Gilbert?

Prof Sarah Gilbert merupakan sosok di balik pengembangan vaksin AstraZeneca-Oxford University. Dikutip dari Shethepeople, Gilbert adalah seorang profesor vaksinologi di Oxford University.

Gilbert lahir di Northamptonshire pada April 1962. Gelar sarjana ilmu biologi didapatnya dari University of East Anglia, pendidikan doktoralnya ditempuh di University of Hull dalam bidang genetika dan biokimia.

Mulai menekuni vaksinologi di Oxford pada 2004, ia menjadi profesor di Jenner Institute. Prof Gilbert mengembangkan dan menguji vaksin flu universal pada 2011, juga memimpin uji klinis pertama vaksin Ebola pada 2024, lalu MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

Pada Desember 2020, Inggris menyetujui vaksin COVID-19 yang dikembangkannya bersama rekan-rekannya. Ia mendapatkan ide untuk mengembangkan vaksin tersebut setelah China mempublikasikan kode genetik virus.



Simak Video "Dugaan Motif Ilmuwan Penemu Vaksin Covid-19 Dibunuh"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT