5 Fakta Sarah Gilbert, Ilmuwan di Balik Pembuatan Vaksin AstraZeneca

5 Fakta Sarah Gilbert, Ilmuwan di Balik Pembuatan Vaksin AstraZeneca

Vidya Pinandhita - detikHealth
Senin, 19 Jul 2021 10:26 WIB
5 Fakta Sarah Gilbert, Ilmuwan di Balik Pembuatan Vaksin AstraZeneca
Sarah Gilbert duduk di kanan bawah, mengenakan baju merah. (Foto: AELTC/Joe Toth-Pool/Getty Images.)
Jakarta -

Salah seorang ilmuwan di balik vaksin Corona AstraZeneca, Dame Sarah Gilbert baru-baru ini mendapat apresiasi besar-besaran. Dalam ajang Wimbledon 2021, Sarah mendapat sambutan hangat dan standing ovation dari para penonton yang memenuhi Lapangan Tengah ajang berkelas tersebut.

Kabar tersebut kini menuai pertanyaan publik, sebenarnya seperti apa sosok Sarah Gilbert? Bagaimana awal mulanya menggarap vaksin yang kini diyakini sebagai solusi atas pandemi COVID-19?

Dalam wawancara bersama BBC, Sarah pernah mengaku, sempat terpikir untuk meninggalkan sains saat melanjutkan studi doktoralnya. Ia merasa, sains tak sesuai dengan keinginannya. Tak diduga-duga, kini berkat ilmu sainsnya, ia diapresiasi dunia atas temuan vaksinnya di tengah pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada beberapa ilmuwan yang dengan senang hati akan bekerja kurang lebih sendiri pada satu subjek untuk waktu yang sangat lama ... Bukan itu cara saya senang bekerja. Saya suka mencoba mempertimbangkan ide-ide dari banyak bidang yang berbeda," kata Sarah, dikutip dari BBC, Senin (19/7/2021).

"Saya memang mempertimbangkan untuk meninggalkan sains pada saat itu, agar bisa melakukan sesuatu yang berbeda," lanjutnya.

ADVERTISEMENT


Berikut beberapa fakta seputar sosok Sarah Gilbert, dikutip detikcom dari berbagai sumber:

1. Ahlinya vaksin influenza

Sarah Gilbert adalah ahli vaksin Inggris dan Profesor Vaksinologi di University of Oxford. Dia dikenal dengan kepakarannya di bidang pengembangan vaksin melawan influenza dan patogen virus yang baru muncul.

Pada awal 2011, Sarah memimpin pengembangan dan pengujian vaksin flu universal. Vaksin tersebut tak konvensional lantaran tidak merangsang produksi antibodi, melainkan produksi sel-T untuk melawan flu.

2. Melibatkan mahasiswa Indonesia

Dalam sebuah video yang diunggah oleh Youtube Deutsche Bank pada Februari 2021 berjudul "The Oxford Vaccine: Meet The Team Behind The Breakthrough", salah seorang peneliti yang tergabung dalam tim Sarah Gilbert adalah Indra Rudiansyah, mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford.

Dalam video tersebut, Indra menjelaskan, dirinya berfokus pada pengembangkan vaksin untuk penyakit menular seperti HIV, ebola, dan penyakit-penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan pandemi seperti SARS, MERS, dan kini COVID-19.

Simak video 'Ramai Vaksin Sinovac Vs AstraZeneca, Ini Kata Pakar Imunisasi':

[Gambas:Video 20detik]



3. Salah satu pendiri perusahaan vaksin dan imunoterapi

Sarah Gilbert adalah salah satu pendiri Vaccitech, perusahaan biotek yang menyelami pengembangan vaksin dan imunoterapi untuk penyakit menular, kanker, hepatitis B, HPV, kanker prostat, dan lain-lain.

4. Ahli biologi dari keluarga bukan sains

Sarah Gilbert lahir di Kettering, Northamptonshire pada April 1962. Ayahnya bekerja di perusahaan sepatu, sedangkan ibunya guru bahasa Inggris yang aktif dalam komunitas opera amatir.

Sarah mendalami ilmu kedokteran, kemudian menyelesaikan studi dari University of East Anglia dengan gelar dengan gelar Bachelor of Science di bidang ilmu biologi. Setelah lulus, Sarah melanjutkan studi doktoral di Universitas Hull, bidang genetika dan biokimia ragi Rhodosporidium toruloides.

5. Bekerja keras bikin vaksin COVID-19 bukan untuk uang

Dalam sebuah wawancara, Sarah mengisahkan kerja kerasnya menggarap vaksin COVID-19. Ia bekerja siang dan malam sejak awal merebak COVID-19.

"Sejak awal, kami melihatnya sebagai kompetisi melawan virus, bukan melawan pengembang vaksin lain. Kami adalah universitas dan kami tidak melakukan ini untuk menghasilkan uang," kata Sarah Gilbert, dikutip dari She The People, Senin (19/7/2021).

Halaman 2 dari 2
(vyp/up)

Berita Terkait