Efikasi vaksin Pfizer dilaporkan menurun menjadi 84 persen setelah empat hingga enam bulan pasca seseorang mendapatkan dosis lengkap. Hal ini diungkapkan CEO Pfizer Albert Bourla dalam studi terbaru yang didanai perusahaan tersebut.
Menurutnya, studi tersebut mengungkap alasan di balik melonjaknya kasus COVID-19 di Israel, meskipun lebih dari setengah warganya sudah disuntik vaksin Pfizer.
Dari data yang ada, efikasi 96,2 persen hanya bertahan satu minggu hingga dua bulan setelah menerima dosis kedua. Rata-rata, penurunan efikasi terjadi sekitar 6 persen setiap dua bulan.
"Kami melihat data dari Israel bahwa ada penurunan antibodi dan itu mulai berdampak pada 100 persen rawat inap," kata Bourla dalam sebuah wawancara, dikutip dari CNBC, Kamis (29/7/2021).
"Kabar baiknya adalah kami sangat, sangat yakin, bahwa dosis ketiga (booster) akan memberikan respons imun ke tingkat yang cukup untuk melindungi dari varian Delta," lanjutnya.
Bourla mengatakan Pfizer secara resmi berencana menyerahkan data ke regulator Amerika Serikat (AS) tentang manfaat vaksin booster atau dosis ketiga ini. Penyerahan data rencananya akan dilakukan pada pertengahan bulan Agustus.
Langkah serupa juga sempat diungkapkan ilmuwan asal China untuk vaksin Sinovac. Hasil studi yang ada menunjukkan pengurangan efikasi vaksin setelah enam bulan.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) masih belum merekomendasikan pemberian suntikan penguat atau booster ini. Menurutnya, masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Kami sangat jelas tentang ini, tidak ada informasi yang cukup untuk memberikan rekomendasi pada saat ini," jelas direktur imunisasi, vaksin, dan biologi WHO Dr Kate O'Brien.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(sao/naf)