Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyambut baik rencana Indonesia menyiapkan skema hidup berdampingan dengan COVID-19. Meski menurutnya belum tepat jika diterapkan saat ini.
Misalnya, cakupan vaksinasi COVID-19 masih jauh dari angka 50 persen di setiap wilayah. Sebelum memulai hidup berdampingan dengan COVID-19, cakupan vaksinasi ditegaskan Dicky harus melampaui angka tersebut.
Lebih lanjut, Dicky menyoroti angka positivity rate juga jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 persen. Artinya, penularan Corona di masyarakat masih tinggi, salah satu 'pekerjaan rumah' yang perlu lebih dulu dituntaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika asal menerapkan kebijakan tanpa indikator yang tepat, pelaksanaan skema hidup berdampingan dengan COVID-19 menjadi sulit.
"Bahwa RI menyiapkan roadmap hidup berdampingan memang harus seperti itu, dan semua negara juga melakukan itu, negara-negara maju bahkan sudah melakukan lebih dulu," ungkap Dicky saat dihubungi detikcom Selasa (10/8/2021).
"Namun harus dipahami, ini belum saatnya kalau saat ini, makanya harus ada indikator kapan tahapan itu bisa diberlakukan, kemudian 50 persen penerapan dan full implementasinya itu harus ada kriterianya," sambung Dicky.
Sementara itu, pelonggaran protokol kesehatan bagi yang sudah divaksinasi adalah 'intensif' di masa mendatang. Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan perbedaan prokes bagi mereka yang sudah divaksin dengan yang belum divaksinasi.
"Kalau yang bersangkutan sudah divaksin, mereka akan masuk dan akan memperoleh protokol yang lebih longgar dibandingkan yang belum vaksin," kata Menkes Budi dalam siaran pers, Senin (9/8/2021).
"Untuk yang sudah vaksin, mungkin satu meja bisa berempat, bisa selamanya buka masker, tapi yang belum vaksin mungkin harus satu meja berdua dan ditaruh di ruang terbuka," jelasnya.











































