5 Fakta aaPRP, Terapi Besutan dr Karina yang Diklaim Manjur untuk COVID-19

5 Fakta aaPRP, Terapi Besutan dr Karina yang Diklaim Manjur untuk COVID-19

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 12 Agu 2021 13:31 WIB
5 Fakta aaPRP, Terapi Besutan dr Karina yang Diklaim Manjur untuk COVID-19
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Belakangan ini, terapi aaPRP (autologus activated platelet-rich plasma) besutan dr Karina F Moegni, SpBP ramai diperbincangkan. Terapi yang awalnya populer untuk kecantikan tersebut dimodifikasi untuk terapi pasien COVID-19.

Sejumlah pihak menilai terapi ini sebagai inovasi yang bisa menjadi menjadi solusi pengobatan bagi pasien COVID-19. Namun di sisi lain, kontroversi dan tudingan overklaim muncul mengingat manfaat terapi ini belum teruji secara ilmiah.

Berikut fakta-fakta seputar terapi COVID-19 aaPRP yang dirangkum detikcom:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Dikembangkan oleh dr Karina

Metode aaPRP awalnya diperkenalkan oleh dr Karina F Moegni, SpBP-RE, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Di kampus ini pula dr Karina meraih gelar doktor (S3) di bidang biomedik.

Ia kini mengepalai HayandraLab dari Klinik Hayandra. Klinik inilah yang memfasilitasi terapi aaPRP untuk pasien COVID-19.

ADVERTISEMENT

2. Cara kerja

Saat dihubungi detikcom, dr Karina menjelaskan aaPRP menggunakan konsentrat protein berasal dari trombosit (kepingan sel darah merah) yang juga mengandung lebih dari 1.000 jenis protein, seperti protein antiradang, pembangun, dan bakteri. Trombosit inilah yang digunakan pada pasien COVID-19 sebagai terapi.

dr Karina menjelaskan, pada dasarnya aaPRP adalah konsentrat protein yg berasal dari dalam trombosit yang juga mengandung lebih dari 1.000 jenis protein, seperti protein anti radang, pembangun, dan anti bakteri.

Caranya, darah pasien COVID-19 diambil sebanyak 20-25 cc atau setara 1,5 sendok makan seperti ambil darah pada umumnya di laboratorium. Klaimnya, HayandraLab menggunakan tabung darah khusus.

Dari darah tersebut, trombosit dipisahkan dan dipecah menggunakan zat khusus yang juga disiapkan oleh HayandraLab. Protein dari trombosit tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cairan infus dan diberikan kembali pada pasien pemilik darah.

"Protein anti radang dapat menanggulangi badai sitokin pada COVID-19 dan di saat yang bersamaan, tubuh membangun sel-sel yg dirusak virus (misalnya sel paru) dengan protein pembangun," papar dr Karina saat dihubungi detikcom, Senin (9/8/2021).

"Anti bakteri pada aaPRP dapat membantu melindungi tubuh dari serangan bakteri, saat tubuh sedang melemah karena bertarung melawan virus.
Semakin cepat COVID teratasi dan semakin cepat sel-sel tubuh yang rusak dibangun kembali, semakin kecil risiko terjadinya gejala sisa (sekuele) pasca COVID," lanjutnya.

Dihubungi terpisah, dokter spesialis kulit dari DNI Skin Centre, dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), menjelaskan bahwa PRP sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Jika sebelumnya lebih populer untuk kecantikan, belakangan penggunaan yang lebih luas mulai dikembangkan.

"PRP telah digunakan selama beberapa tahun terakhir sebagai pengobatan yang efektif di berbagai bidang medis," kata dr Darma, sapaan akrabnya, kepada detikcom, Minggu (8/8/2021).

Dalam dunia kecantikan, PRP digunakan untuk mengatasi kulit keriput, kebotakan, dan menghilangkan bekas jerawat.

3. Perbedaan dengan terapi plasma konvalesen

Meski sama-sama menggunakan plasma darah, terapi aaPRP berbeda dengan transfusi plasma konvalesen. Menurut dr Karina, terapi plasma konvalesen berisiko memicu penolakan lantaran mengandalkan donor darah orang lain. Sementara aaPRP tidak memiliki risiko penolakan karena mengandalkan darah pasien COVID-19 sendiri.

"(Terapi plasma konvalesen) berasal dari donor / orang lain. Yang dituju adalah antibodi (protein yang digunakan oleh sistem imun untuk mengenali dan menetralisir benda asing yang masuk ke tubuh). Karena berasal dari orang lain, maka masih ada risiko penolakan," beber dr Karina.

"(aaPRP) berasal dari diri sendiri. Yang dituju adalah berbagai protein (secara teori, lebih dari 1.100 jenis protein) yang terkandung dalam trombosit pasien," sambungnya.

Terapi ini juga berbeda dengan vaksin nusantara, vaksin berbasis sel dendritik yang juga diambil dari darah.

4. Biaya

dr Karina menyebut, biaya terapi aaPRP pasien COVID-19 di rumah sakit sebesar Rp 3,5 juta. Namun dalam sistem drive thru, di mana pasien tidak boleh masuk ke dalam klinik, biaya sebesar Rp 4,5 juta. Harga tersebut mencakup pengambilan darah, infus vitamin C, pemprosesan aaPRP, dan infus aaPRP.

5. Kontroversial, diberi catatan oleh para pakar

Klaim terapi tersebut diberi catatan dalam diskusi sejumlah pakar seperti Ketua Satgas Penanganan COVID-19 IDI Prof Zubairi Djoerban, Prof dr Rahajuningsih PP PDS PatKlin Indonesia, hingga Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Rekonstruksi dan Bedah Estetik Indonesia (PERAPI).

Menurut diskusi, klaim khasiat aaPRP sebagai terapi COVID-19 tak seharusnya dipublikasikan pada masyarakat sebelum terbukti benar.

"Masih ada regulasi yang kosong, yang mesti dibuat atau mengatur tentang penelitian berbasis pelayanan oleh Kemenkes dan BPOM RI khususnya mengenai pentarifan atau bayaran yang ditarik dari peserta penelitian (pasien)," demikian hasil diskusi bersama para pakar yang dikonfirmasi oleh Prof Dr dr David Perdanakusuma, SpBP-RE(K) dari Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Rekonstruksi dan Bedah Estetik Indonesia (PERAPI), yang menjadi moderator dalam diskusi tersebut.

Halaman 3 dari 2
(vyp/up)
Kontroversi PRP untuk COVID-19
6 Konten
PRP (platelet-rich plasma) bukan barang baru di bidang kecantikan. Terapi plasma tersebut kini dimodifikasi menjadi aaPRP (autologus activated platelet-rich plasma) dan diklaim bermanfaat untuk COVID-19. Pro-kontra bermunculan.

Berita Terkait