Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan varian 'Kolombia' B1621 atau yang kini disebut varian 'Mu' ke dalam daftar Variant of Interest (VoI). Disebutkan, varian ini memiliki mutasi dengan risiko resistensi terhadap vaksin.
"Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan," tertulis dalam buletin pandemi mingguan WHO, dikutip dari The Straits Times, Rabu (1/9/2021).
Terkait potensi varian Mu 'kabur' dari vaksin COVID-19, WHO menyebut masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Namun sejauh ini, terdapat kekhawatiran akan meluasnya mutasi virus Corona baru akibat peningkatan infeksi secara global.
Disebutkan, peningkatan tersebut disebabkan oleh varian Delta yang memiliki kemampuan menular lebih cepat dibanding varian Corona lainnya, khususnya pada orang-orang yang tidak divaksinasi dan wilayah yang melonggarkan protokol kesehatan.
Pada dasarnya, semua virus termasuk SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 memang bermutasi dari waktu ke waktu. Sebagian besar mutasi memiliki hanya sedikit atau sama sekali tidak berpengaruh pada sifat virus.
Namun pada kasus tertentu, mutasi memengaruhi sifat virus seperti kemampuan penularan, keparahan, gejala yang ditimbulkan, ketahanan terhadap vaksin, obat-obatan, dan tindakan pencegahan lainnya.
Saat ini WHO mengidentifikasi sebanyak empat varian Corona yang menjadi perhatian. Di antaranya, yakni varian Alpha atau B117 yang teridentifikasi di 193 negara dan varian Delta di 170 negara.
Sedangkan lima varian lainnya, termasuk Mu, masih dipantau. Setelah terdeteksi di Kolombia, Mu juga dilaporkan di sejumlah negara lain di Amerika Selatan dan Eropa.
WHO mengatakan prevalensi global varian Mu telah menurun hingga di bawah 0,1 persen di antara kasus-kasus berurutan. Namun di Kolombia tercatat sebesar 39 persen.
Simak Video "Dugaan Motif Ilmuwan Penemu Vaksin Covid-19 Dibunuh"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)