.webp)
Pasca terinfeksi COVID-19, umumnya seseorang akan memiliki perlindungan kekebalan atau antibodi di tubuhnya. Hal ini membuat sebagian orang berpikir untuk tidak mengambil vaksin Corona karena sudah merasa cukup dengan antibodi alami pasca infeksi yang dimilikinya.
Namun, mantan komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), Dr Scott Gottlieb mengatakan kemungkinan antibodi dari infeksi alami itu akan terus berkurang seiring waktu. Untuk itu, para penyintas COVID-19 juga wajib untuk divaksinasi.
"Kekebalan yang diberikan oleh infeksi alami tampaknya kuat dan tahan lama. Kami tahu itu berlangsung setidaknya enam bulan, mungkin lebih lama," katanya yang dikutip dari CNBC International, Jumat (3/9/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Firasat saya adalah itu (antibodi) tidak akan bertahan selamanya. Pada titik tertentu, orang-orang itu perlu divaksinasi," imbuh Dr Gottlieb yang saat ini menjabat sebagai direktur di Pfizer.
Apakah orang yang sakit parah akibat COVID-19 nantinya akan memiliki antibodi yang lebih kuat?
Dr Gottlieb menjelaskan orang yang sakit parah akibat virus SARS dan Mers pada akhirnya akan memiliki antibodi yang lebih bertahan lama. Tetapi, ia masih belum mengetahui apakah hal tersebut juga terjadi pada virus COVID-19 ini.
"Pada SARS dan MERS, kami melihat orang yang lebih sakit akhirnya memiliki kekebalan yang lebih tahan lama. Kami tidak tahu apakah itu yang terjadi dengan virus SARS-CoV-2 ini, tetapi mungkin bisa terjadi," jelasnya.
Dr Gottlieb juga mengakui bahwa data menunjukkan antibodi yang diberikan vaksin juga akan menurun seiring waktu. Namun, ini masih jauh lebih baik daripada mendapatkan antibodi dengan cara terinfeksi virus Corona dulu.
"Berdasarkan data yang telah kami lihat sejauh ini, setidaknya dengan satu dosis, Anda bisa mengembangkan antibodi yang luas, sangat dalam, dan sangat tahan lama,"
"Jadi, masih ada banyak alasan kuat mengapa Anda harus tetap divaksinasi meskipun sudah pernah terinfeksi sebelumnya," pungkasnya.
(sao/kna)
