Pantai Sanur, Bali, kembali dipadati pengunjung. Berdasarkan laporan, objek wisata incaran turis tersebut ramai oleh pengunjung pada Minggu (19/9/2021). Sudah berani berkerumun bak tak ada Corona, memangnya kondisi COVID-19 sudah aman?
"Ini yang kita khawatirkan, revenge travel. Karena sudah dibatasi selama beberapa bulan, pada euforia merasa bebas ya," tegas ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane pada detikcom, Senin (20/9/2021).
"Revenge travel adalah fenomena umum. Kalau kita tersandera kesibukan sampai jenuh kita ingin balas dendam," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Indonesia tengah dibuat gembira oleh kabar penurunan kasus baru COVID-19. Misalnya per Minggu (19/9/2021), RI mencatat kasus baru COVID-19 sebanyak 2.234. Selain itu, positivity rate juga mencapai angka terendah dalam sepekan terakhir, yakni 1,16.
Apa risiko revenge travel?
Pane menjelaskan penularan virus tentu menjadi risiko kerumunan akibat revenge travel. Jika protokol kesehatan diterapkan secara optimal, tentu risiko transmisi bisa ditekan. Namun, pengawasan pada kerumunan kerap menjadi tantangan.
"Yang menjadi persoalan peningkatan kasus tentu saja transmisi yang terjadi pada kerumunan," jelas Pane.
"Jika revenge travel tetapi semua persyaratan perjalanan dan protokol kesehatan dilakukan dengan disiplin tentu saja tidak bermasalah. Masalah utamanya siapa yang mengawasi atau mengontrol kerumunan yang tercipta ini. Kalau tidak ada ya risikonya menjadi tinggi untuk meningkatkan jumlah kasus," pungkasnya.
(vyp/up)











































