Geger kabar sejumlah titik teluk DKI Jakarta diketahui tercemar paracetamol. Mengingat pencemaran bukanlah hal baru terkait kualitas air laut, sudah sejak kapan laut Jakarta tercemar paracetamol? Apakah baru-baru ini, atau sebenarnya sudah lama namun kadarnya meningkat?
"Kalau ditanya apakah sebenarnya sudah ada dari dulu (kemudian) meningkat saya tidak tahu. Yang saya bisa jawab, berdasarkan data yang kami ambil pada 2017, demikian proses di situ kami bisa mendapatkan data paracetamol ini. Mengenai sebelumnya mungkin ya, di kita tidak punya datanya," terang peneliti dari Oseanografi BRIN, dr Wulan Koagouw, dalam konferensi pers virtual, Senin (4/10/2021).
"Tetapi yang perlu saya highlight di sini adalah karena ini limbah antropogenik, akan sangat berkaitan dengan aktivitas kita sebagai manusia. Tentu saja ini akan sangat menarik untuk bisa lihat yang sekarang konsentrasinya seperti apa," sambungnya.
Peneliti menjabarkan, sejauh ini penelitian belum menelaah penyebab pencemaran paracetamol di laut Jakarta. Namun beberapa kemungkinan penyebab yakni gaya hidup atau tingkat konsumsi obat paracetamol oleh masyarakat, pembuangan obat paracetamol kedaluwarsa, serta pengolahan limbah industri yang tidak benar.
"Saat ini satu kata kuncinya sinergi. Kita butuh sinergi dan ini harus dari peneliti, publik, dan juga dari pemerintah atau stakeholder," beber Wulan.
"Yang maksud saya di sini adalah tanpa sinergi, kita tidak bisa menyelesaikan apa pun pada saat ini sangat kompleks, seperti sekarang (pencemaran) paracetamol," pungkasnya.