Amukan varian Delta diyakini menjadi gelombang besar COVID-19 terakhir di Amerika Serikat. Namun ditegaskan, secara global, pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai.
"Saya pikir gelombang Delta ini mungkin adalah gelombang besar terakhir dari infeksi SARS-CoV-2 yang kita miliki di AS. Kecuali terjadi sesuatu yang tidak terduga," kata mantan Komisaris Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS Scott Gottlieb, dikutip dari Reuters, Selasa (5/10/2021).
Di negara bagian AS Selatan, penyebaran barian Delta diketahui sudah berkurang. Namun di beberapa negara bagian Barat dan Midwest, infeksi akibat varian Delta masih meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar menyebar melalui AS. Mungkin menjelang Thanksgiving, di belakang itu, kita akan mulai melihat tingkat prevalensi secara nasional menurun dalam skala yang lebih bersamaan," katanya.
Namun hal tersebut belum merata. Menurutnya, peningkatan infeksi varian Delta masih terjadi di kawasan Timur Laut, yang diketahui memiliki cakupan vaksinasi COVID-19 paling banyak.
Tantangan global belum berakhir. Selengkapnya di halaman berikut.
Tantangan global belum berakhir
Gottlieb yang juga menjabat di dewan direksi Pfizer Inc menyebut, tantang bagi seluruh dunia semakin besar. Pasalnya, di samping cakupan vaksinasi COVID-19 kini, stok vaksin COVID-19 khususnya Pfizer harus didistribusikan ke negara-negara dengan jarak jauh.
Ia mengatakan, selama 12 bulan ke depan, produsen vaksin COVID-19 secara kolektif akan memproduksi antara 10 hingga 15 miliar dosis vaksin. Dengan populasi global 7,5 miliar, sebanyak 5 hingga 6 miliar dosis vaksin COVID-19 telah didistribusikan. Walhasil, tantangan terbesar bukanlah penyediaan stok, melainkan distribusi.
"Tantangannya adalah mendapatkan distribusi di lapangan dalam pengaturan yang sulit dijangkau, dan di situlah sebenarnya tidak ada fokus," beber Gottlieb.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































