Obat COVID-19 Oral Pertama di Dunia Jadi Incaran, RI Sudah 'Approach'

Obat COVID-19 Oral Pertama di Dunia Jadi Incaran, RI Sudah 'Approach'

Syifa Aulia - detikHealth
Rabu, 06 Okt 2021 05:00 WIB
Jakarta -

Banyak negara di Asia mengincar molnupiravir sebagai obat oral COVID-19 pertama di dunia. Belum lama ini, Thailand dikabarkan membeli 200 ribu program obat buatan perusahaan Amerika Serikat, Merck and Co. Pemerintah Thailand disebut tengah bernegosiasi terkait pembelian tersebut.

Rencana pembelian obat oral COVID-19 ini juga datang dari Malaysia dan Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan molnupiravir tetap akan diuji klinis sebelum diizinkan beredar.

"Tapi juga bisa obat-obatan antivirus baru seperti yang sekarang lagi ramai didiskusikan molnupiravir dari Merck. Jadi obatan-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannya," tutur Budi dalam telekonferensi pers, Senin (4/10/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi juga bisa obat-obatan antivirus baru seperti yang sekarang lagi ramai didiskusikan molnupiravir dari Merck (Merck and Co). Jadi obatan-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannyaBudi Gunadi Sadikin - Menkes RI

Berikut beberapa negara di Asia yang juga akan membeli molnupiravir:

Korea Selatan

Dikutip dari The Korea Herald, pemerintah Korea Selatan telah mengajukan pembelian molnupiravir untuk 18 ribu orang. Negeri ginseng itu juga berencana akan membeli tambahan dosis untuk 20 orang di tahun 2022.

ADVERTISEMENT

Diketahui, sebanyak 41,7 miliar won telah diberikan ke Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea untuk membeli perawatan COVID-19 tahun depan. Sementara, biaya untuk membeli obat molnupiravir disebut mencapai 900.000 won per orang atau sekitar 10 juta rupiah.

Meski begitu, para ahli menganggap jumlah dosis yang akan dibeli pemerintah Korea dianggap terlalu sedikit. Pasalnya, perawatan COVID-19 itu sangat penting untuk mendorong tercapainya 'new normal'.

Alasan lainnya, mereka memperkirakan bahwa persaingan pembelian obat itu akan semakin ketat pada tahun mendatang. Sehingga pemerintah Korea harus membeli dalam jumlah banyak di tahap pertama.

Diketahui, Merck and Co berencana hanya memproduksi dosis untuk 10 juta orang pada akhir tahun ini. Sementara, 1,7 juta dosis sudah dibeli oleh pemerintah AS berdasarkan perjanjian kontrak.

Taiwan

Melalui konferensi pers, Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan Chen Shih-chung mengatakan sedang berdiskusi dengan Merck and Co, untuk pembelian molnupiravir.

Proses pembelian itu disebut akan diorganisir oleh Pusat Komando Epidemi di Taiwan. Di sisi lain, ia mengatakan bahwa dosis vaksin tetap akan ditambah.

Malaysia

Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengatakan proses negosiasi pembelian molnupiravir juga telah dilakukan. Menurut Khairy, keputusan ini sangat berguna untuk mendorong 'new normal' atau hidup berdampingan dengan virus Corona.

"Saat kami beralih ke hidup dengan COVID, kami akan menambahkan opsi perawatan baru yang inovatif ke gudang senjata kami selain vaksin," kata dia, dikutip dari Reuters, Sabtu (2/10/2021).

Thailand

Direktur Jenderal Divisi Perusahaan Medis Thailand Somsak Akksilp, banyaknya negara di Asia yang berebut memesan obat molnupiravir ini karena telah belajar dari pengalaman saat pembelian vaksin COVID-19.

Setelah mereka terkena imbas pasokan ketat dari produksi vaksin tahun ini, banyak yang ingin mengamankan obat COVID-19 pertama lebih awal.

"Kami saat ini terlibat dalam penyelesaian pembelian dengan Merck yang diperkirakan akan selesai minggu ini, kami telah memesan 200.000 program sebelumnya," kata Somsak.

Obat oral molnupiravir ini disebut ampuh mencegah risiko kematian dan rawat inap pada pasien COVID-19. Pasien COVID-19 akan diberikan molnupiravir sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari. Obat ini paling cepat akan tiba pada Desember 2021.

Halaman 2 dari 2
(up/up)
Obat COVID Molnupiravir
14 Konten
Perusahaan farmasi Merck mengumumkan hasil uji klinis yang menjanjikan dari molnupiravir, obat COVID-19 pertama yang diberikan secara oral. Sejumlah negara mulai meliriknya.

Berita Terkait