Kronologi Terungkapnya Pekerja WHO Lakukan Pelecehan Seksual di Kongo

Kronologi Terungkapnya Pekerja WHO Lakukan Pelecehan Seksual di Kongo

Ayunda Septiani - detikHealth
Jumat, 29 Okt 2021 16:29 WIB
Kronologi Terungkapnya Pekerja WHO Lakukan Pelecehan Seksual di Kongo
Foto ilustrasi. (Foto ilustrasi: Edi Wahyono)
Jakarta -

Beberapa waktu lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menjadi sorotan setelah 21 petugasnya diduga terlibat dalam aksi pelecehan seksual selama menangani wabah Ebola di Kongo.

Disebutkan, lebih dari 80 orang pekerja di Kongo terlibat dalam aksi pelecehan seksual selama penanganan wabah Ebola, termasuk di antaranya merupakan staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikutip dari laman BBC, laporan penyelidikan berdasarkan keterangan dari 50 wanita di Kongo yang melaporkan telah dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan nasional dan internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah hasil laporan tersebut dirilis, WHO mengatakan akan mengakhiri kontrak kerja empat orang yang dituduh telah melakukan pelecehan dan organisasi tersebut dan berjanji akan menerapkan tindakan yang lebih luas untuk merespons temuan tersebut.

"Saya minta maaf atas apa yang dilakukan kepada Anda oleh orang-orang yang dipekerjakan oleh WHO untuk melayani dan melindungi Anda. Ini adalah prioritas utama saya bahwa para pelaku tidak dimaafkan, tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Selain itu, direktur regional WHO Afrika, Matshidiso Moeti juga meminta maaf kepada para korban, dia mengatakan laporan itu membuatnya menjadi rendah hati, merasa ngeri, dan juga patah hati.

Ada sembilan tuduhan pemerkosaan

Dikutip dari laman Al Jazeera, Malick Coulibaly salah satu anggota panel penyelidikan dalam panel independen ini, menyampaikan hasil penelusuran dan menemukan ada sembilan tuduhan pemerkosaan.

Para pelaku dilaporkan tidak menggunakan alat kontrasepsi, yang mengakibatkan beberapa dari korban hamil. Beberapa wanita juga mengatakan pria yang memperkosa mereka memaksa mereka untuk aborsi.

Hasil wawancara penyidik menemukan korban telah diperdaya dengan dicekoki minuman, "disergap" di rumah sakit, dan dipaksa untuk berhubungan seks. Dan ada yang diimingi tawaran pekerjaan, tapi harus melakukan seks sebagai imbalan.

Sebelumnya, telah ada laporan yang mengklaim pekerja WHO melakukan pelecehan di Kongo. Klik halaman berikutnya untuk mengetahui lebih lanjut.

Ada laporan menyebutkan bahwa pekerja WHO sebelumnya telah melakukan pelecehan di Kongo. Penyelidikan ini akhirnya diperintahkan oleh Tedros pada Oktober tahun lalu setelah ada laporan dari sebuah media yang mengklaim bahwa petugas WHO melakukan pelecehan seksual di Kongo.

Sebelum laporan panel independen ini dirilis, AP pada bulan Mei mengklaim adanya pelecehan pada tahun 2019 yang dilakukan petugas WHO dan pejabat di organisasi itu dilaporkan telah menerima laporan adanya dugaan kasus pelecehan.

Temuan media tersebut mengatakan dokter yang bekerja untuk WHO, Jean Paul Ngandu telah menghamili seorang wanita.

Ngandu dan dua pejabat WHO lainnya dilaporkan telah menandatangani kontrak yang menjanjikan untuk membeli tanah bagi seorang wanita yang diduga telah dihamili Ngandu. Menurut keterangan Ngandu, dia dipaksa untuk menyetujui kontrak itu demi melindungi reputasi WHO.

Panel tersebut pun menyampaikan bahwa Tedros baru mengetahui kasus Ngandu setelah AP merilis artikelnya. Laporan panel mengatakan dua pejabat WHO, Andreas Mlitzke, seorang kepala divisi kepatuhan, manajemen risiko dan etika, dan David Webb, pejabat pengawas internal, keduanya merupakan pejabat yang diduga membuat kesepakatan bersama Ngandu.

Laporan AP juga mengidentifikasi dokter WHO Boubacar Diallo telah mengajak seorang wanita muda berinisial S untuk berhubungan seks, dengan imbalan pekerjaan. S berharap Diallo tidak dikerjakan lagi oleh WHO dan dihukum.

Halaman 2 dari 2
(ayd/kna)

Berita Terkait