Untuk pertama kalinya dalam 19 bulan terakhir, sekolah di ibu kota India, New Delhi, kembali menggelar sekolah tatap muka. Siswa mengaku senang bisa kembali bersekolah tatap muka dan bertemu teman-teman meski dengan protokol yang melarang para siswa saling berpelukan dan berjabat tangan.
"Kami senang bisa kembali ke sekolah. Reuni ini benar-benar berkah," kata Kainat Habeebi, seorang siswa berusia 14 tahun, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (2/11/2021).
Otoritas Manajemen Bencana Delhi (DDMA) pekan lalu mengumumkan bahwa sekolah akan dibuka kembali untuk semua kelas mulai 1 November dengan syarat tertentu. Di antaranya, kehadiran tidak lebih dari 50 persen dan tidak memaksa orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah juga diminta memastikan bahwa para anggota staf telah menerima dosis vaksin COVID-19 secara lengkap.
Diketahui, seluruh sekolah di Delhi ditutup mulai Maret 2020 akibat wabah virus Corona. Sekolah sempat dibuka kembali untuk kelas-kelas lebih tinggi pada Januari 2021, kemudian ditutup lagi pada April 2021 lantaran India diterpa gelombang kedua pandemi COVID-19.
Setelah penutupan yang berkepanjangan, kelas untuk kelas atas dibuka kembali pada 1 September. Namun, tidak ada persetujuan resmi untuk membuka sekolah bagi anak-anak yang berusia lebih muda.
Susahnya sekolah online
Habeebi dan siswa lainnya mengaku tidak menyukai pembelajaran online dan lebih memilih kelas tatap muka meski harus menerapkan protokol COVID-19. Sebab, para siswa kesulitan berkonsentrasi di depan layar komputer atau ponsel selama berjam-jam, ditambah koneksi internet yang kerap tak memadai.
"Selama kelas fisik, semua siswa tetap sangat perhatian dan berkonsentrasi pada pelajaran mereka, tetapi tidak dengan kelas online," kata Habeebi.
Garima Sharma, guru matematika dan sains di sekolah pemerintah Delhi, mengaku mengajar selama pandemi adalah tugas yang berat.
"Anda tidak bisa mengajarkan matematika kepada siapa pun dengan berbicara. Anda harus menulis langkah demi langkah untuk membuat mereka mengerti," kata Sharma.
"Belajar online benar-benar sangat berantakan. Anda tidak akan pernah tahu apa yang siswa lakukan, mereka bahkan mungkin sedang tidur," sambungnya.
Meski senang sekolah tatap muka kembali berlangsung, Sharma juga merasa takut soal risiko penularan COVID-19 pada anak-anak.
"Kami mengambil semua tindakan pencegahan. Kami membuat hanya satu siswa yang duduk di bangku daripada dua atau lebih yang biasa kami lakukan sebelum pandemi. Kami juga telah membagi dua bagian menjadi sub-bagian sehingga lebih sedikit siswa yang duduk di kelas tertentu," katanya.
Keputusan untuk membuka kembali sekolah untuk anak-anak kecil di Delhi diambil lantaran terdapat penurunan kasus COVID-19 secara signifikan di ibu kota.
Pada Senin (1/11/2021),Kementerian Kesehatan India melaporkan 12.830 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Secara total, India telah melaporkan lebih dari 30 juta infeksi COVID dan 458.000 kematian.
Program vaksinasi yang dimulai pada Januari mencapai tonggak sejarah bulan lalu ketika satu miliar dosis vaksin diberikan. India telah memvaksinasi penuh lebih dari 291 juta orang, sementara 707 juta orang lainnya telah menerima dosis pertama.
Pemerintah bertujuan untuk memvaksinasi penuh sekitar satu miliar orang pada akhir tahun. Vaksinasi untuk anak-anak juga kemungkinan akan dimulai segera setelah panel pemerintah merekomendasikan suntikan Covaxin untuk anak-anak dalam kelompok usia 2-18 tahun.
"Pemerintah waspada. Juga, semua orang dari staf pengajar hingga non-guru divaksinasi, " ujar seorang juru bicara pemerintah Delhi terkait penerapan protokol kesehatan di sekolah tatap muka. .
"Jika ada sekolah yang kedapatan melanggar aturan, tindakan tegas akan diambil," sambungnya.
Simak Video "Bantahan Kemenkes soal Narasi Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/fds)











































