Vanessa Angel dan suaminya, Febri Andiansyah atau yang akrab dipanggil Bibi tewas dalam kecelakaan di Tol Jombang, Jawa Timur, diduga akibat sopir mengantuk. Apa penyebab mengantuk saat menyetir? Mungkinkah murni kelalaian atau ada kondisi tertentu yang mendorong kantuk saat menyetir?
"Kendaraan tersebut tiba-tiba menabrak beton pembatas kiri ruas tol dikarenakan sopir mengantuk," kata Dirlantas Polda Jatim Kombes Usman Latif, dikutip dari detikNews, Kamis (4/11/2021).
Pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja atau yang biasa disapa dr Ade, menjelaskan berdasarkan data kepolisian pada 2011, mengantuk menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas nomor satu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, rasa kantuk pada dasarnya timbul bukan karena berkendara. Saat sibuk, kantuk cenderung tidak terasa. Namun saat melakukan aktivitas monoton seperti menyetir, barulah kantuk muncul ke permukaan. Sementara kantuk disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurang tidur atau hipersomnia.
"Begitu orang aktivitasnya monoton, kantuknya langsung muncul. Aktivitas yang monoton itu salah satunya adalah berkendara memang," terang dr Ade saat dihubungi detikcom, Kamis (4/11/2021).
"Sekarang apa yang menyebabkan kantuk? Yang menyebabkan kantuk? Satu, kurang tidur. Tapi yang kebanyakan adalah hipersomnia namanya. Artinya adalah kantuk berlebih. Jadi orang tidurnya sudah lebih tapi masih mengantuk," jelasnya.
Ia menegaskan, menyetir dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya daripada mabuk. Hal nomor satu, jika mengantuk, jangan berkendara.
Kepada pasien-pasien yang mendengkur atau mengorok saat tidur, dr Ade melarang berkendara sebelum diketahui ada atau tidak adanya gangguan pernapasan, atau sudah dijalankan perawatan lebih lanjut. Mengapa?
"Kalau pasien-pasien saya, pasien mendengkur langsung saya larang berkendara. Tidak boleh berkendara. Karena orang yang mendengkur, itu penyakitnya sleep apnea, menyebabkan orang jadi ngantuk terus. Apa Yang terjadi di mengantuk terus," terang dr Ade.
"Dalam pelatihan saya dulu kalau ada pasien mendengkur saya mesti nahan SIM. Nggak boleh berkendara. Cuma di Indonesia saya nggak punya kekuatan hukumnya, jadi apa daya nggak bisa apa-apa," lanjutnya.
Jika sudah dipastikan tak ada gangguan napas, atau ada gangguan napas namun pasien sudah menjalani perawatan lebih lanjut, barulah dr Ade membolehkan pasien tersebut kembali berkendara.
"Sampai saya periksa dan saya nyatakan oh ngoroknya cuma suara nggak ada gangguan napas, nggak apa-apa. Atau ada gangguan napasnya, ada penyakitnya, kemudian saya rawat sudah dalam perawatan, baru saya keluar surat lagi, baru orangnya boleh ambil SIM lagi," pungkas dr Ade.
Simak Video "Video: Minim Kantuk selama Perjalanan Mudik"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































