Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengungkap kemungkinan besar Indonesia akan menghadapi ledakan kasus gelombang ketiga COVID-19 secara tiba-tiba. Hal utama yang menjadi pemicunya adalah peningkatan mobilitas yang kini semakin tinggi, seperti pra pandemi.
Pemerintah dinilai Hermawan tak lagi memperhatikan aturan protokol kesehatan seperti menjaga jarak aman. Relaksasi semacam itu terlihat dalam ketentuan naik pesawat yang tak lagi menerapkan seat distancing.
"Akan ada kenaikan kasus yang sporadis jadi tiba-tiba dan sulit diprediksi sebelumnya karena ada dua kemungkinan, pertama kemungkinan muncul varian baru karena kerumunan keramaian, apalagi wisatawan mancanegara juga akan datang," beber Hermawan saat dihubungi detikcom Jumat (5/11/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa jadi karena kekhawatiran kami, kasus COVID-19 itu meledak tiba-tiba boleh jadi karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat," jelas dia.
Masyarakat diminta untuk berkaca pada kejadian lonjakan kasus seperti tahun lalu. Jelang Natal dan Tahun Baru, keramaian dan kerumunan kerap memicu ledakan kasus COVID-19.
Hermawan juga mengingatkan cakupan vaksinasi lansia masih belum merata. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI yang diakses per Jumat (5/11/2021), vaksinasi dosis pertama lansia baru mencapai 41,47 persen, rentangnya lebih jauh dengan cakupan dosis kedua yaitu 25,65 persen atau baru ada 5 juta lansia yang divaksinasi COVID-19 lengkap.
Bahayanya, lansia termasuk kelompok rentan yang memiliki risiko kematian COVID-19 tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada case fatality rate Indonesia.
"Beberapa negara seperti Singapura, Tiongkok, saat ini bahkan Inggris, sedang mengalami kasus peningkatan kembali, artinya vaksinasi di satu sisi tetap dilakukan secara masif pada lansia, karena fokus lansia kalau tidak dilakukan vaksinasi, akan terjadi case fatality yang tinggi karena memang risiko komorbid itu sendiri ya," sambungnya.
Belum lagi, Hermawan menyinggung potensi munculnya varian baru Corona di Indonesia atau turunan varian yang juga berbahaya. Hal ini bisa menyulitkan pemerintah jika cakupan vaksinasi masih rendah, dan testing hingga tracing belum diperbaiki.
"Tapi hal itu akan bisa dikontrol apabila testing dan tracingnya bagus vaksinasi-nya lebih lebar dan juga fokus untuk vaksinasi lansia sehingga kendali dalam arti gelombang itu bisa saja sangat signifikan," pungkas dia.
Meski begitu, saat ini tren kasus COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Berdasarkan data Satgas COVID-19 selama sepekan terakhir, tren kasus Corona terlihat rendah jika dibandingkan puncak kasus per Juli. Berikut data penambahan kasus beberapa hari terakhir.
Kamis (4/11/2021): 628 kasus positif dari 249.240 spesimen yang diperiksa
Rabu (3/11/2021): 801 kasus positif dari 253.123 spesimen yang diperiksa
Selasa (2/11/2021): 612 kasus positif dari 255.564 spesimen yang diperiksa.











































