Hari AIDS Sedunia selalu diperingati setiap 1 Desember. Tapi ngomong-ngomong sudah tahu belum, kepanjangan dari HIV dan AIDS? Yuk diingat-ingat bersama.
Dalam peringatan Hari AIDS Sedunia 2021 dengan tema 'Akhiri Ketimpangan Akhiri AIDS', Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dari Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, menjelaskan jumlah infeksi HIV baru di dunia pada 2020 terhitung menurun hingga 26 persen dibanding tahun lalu.
"Kalau kita lihat kurang lebih 37,7 orang di dunia hidup dengan HIV pada 2020, dan kurang lebih 1,5 juta infeksi baru HIV terjadi pada 2020. Ada 680 ribu orang meninggal karena penyakit AIDS pada 2020," terang dr Nadia dalam konferensi pers Hari AIDS Sedunia 2021, Senin (29/11/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita lihat 37,7 juta orang hidup dengan HIV, hanya 27,5 juta yang baru mengakses terapi pengobatan antiretroviral. Dari total kasus di dunia 79,3 juta kasus HIV, di mana kurang lebih separuhnya 36,3 juta telah meninggal dikarenakan kondisi awal epidemi ini terjadi," sambungnya.
Lantas, apa kepanjangan dari HIV? Biar makin paham di Hari AIDS Sedunia 2021, begini paparan dr Nadia:
1. Apa kepanjangan dari HIV?
dr Nadia menjelaskan, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Kepanjangan dari HIV adalah Human Immunodeficiency virus.
2. Apa bedanya HIV dengan AIDS?
AIDS adalah singkatan dari (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Jika HIV adalah virus, AIDS adalah kondisi di mana tingkat keparahan orang yang terinfeksi HIV sudah bertambah berat dan muncul kumpulan gejala.
"AIDS bukan suatu penyakit, tetapi kondisi di mana kalau kita sakit HIV kemudian bertambah berat tingkat keparahannya, kita akan sampai kondisi yang kita sebut AIDS. Jadi ada kumpulan-kumpulan gejala dan tanda yang merupakan tanda fisik atau terjadinya infeksi oportunistik," jelas dr Nadia.
"Dia memanfaatkan kondisi tubuh yang lemah, kemudian menimbulkan penyakit-penyakitnya. Ini yang menjadi kewaspadaan kita," sambungnya dalam acara Hari AIDS Sedunia.
3. Bisakah HIV dideteksi?
dr Nadia menegaskan, salah satu kondisi yang wajib diwaspadai adalah bahwa infeksi HIV tidak bisa langsung terinfeksi. Pada beberapa kasus, HIV baru bisa terdeteksi hingga tiga bulan setelah tindakan berisiko menularkan virus dilakukan.
"Seringkali kita tidak bisa langsung mendeteksi adanya virus tersebut dalam tubuh kita karena bisa virus tersebut walaupun sudah menginfeksi tetapi ada yang kita sebut 'window barrier' di mana kita sebenarnya sudah terinfeksi HIV, tapi pemeriksaan laboratorium masih negatif," terangnya.
"Dan itu cukup maka bisa sampai tiga minggu, kurang dari satu bulan, bahkan tiga bulan. Kalau kita melakukan tindakan berisiko kemudian negatif, jangan bersenang diri dulu karena bisa tiga bulan kemudian mendeteksi HIV dalam tubuh kita," sambung dr Nadia.
Bisa jadi seseorang yang terjangkit HIV terlihat sehat tanpa gejala. Lantaran HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, penyakit belum muncul sampai kekebalan tubuh benar-benar melemah. Proses ini berlangsung dalam 5-10 tahun. Jika pasien tidak minum obat antivirus, pasien bisa jatuh dalam kondisi AIDS.
4. Lewat apa menularnya?
dr Nadia menegaskan, HIV menular lewat hubungan seks berisiko, darah, serta ibu ke bayi. Pasalnya, virus ini terdapat pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).
Lantaran pada dasarnya HIV sulit menular dan terbatas hanya bisa menular lewat hal-hal tersebut, dr Nadia menegaskan, masyarakat tak perlu takut melakukan aktivitas bersama orang yang terinfeksi HIV. Termasuk makan bersama, atau menggunakan toilet bersama.
"Dan ingat, virus HIV hanya ada pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI. Sehingga kalau kita makan bersama, menggunakan alat makan bersama, atau penggunaan seperti kamar mandi bersama, itu tidak akan menularkan HIV," pungkas dr Nadia terkait Hari AIDS Sedunia.
Simak Video "Video: Apa Tantangan Terbesar Hidup sebagai Perempuan dengan HIV?"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































