Sejumlah titik DKI Jakarta diramaikan kerumunan massa Reuni 212. Mengingat penambahan jumlah kasus baru harian COVID-19 RI relatif sudah melambat disertai cakupan vaksinasi melebihi target, besarkah risiko COVID-19 melonjak kembali gara-gara ada kerumunan?
Ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane menjelaskan kerumunan berpotensi menjadi peluang penularan virus Corona.
"Kerumunan menjadi risiko untuk penularan COVID-19, sekalipun vaksinasi di Jakarta sudah melebihi target. Jakarta dan aglomerasinya," terangnya saat dihubungi detikcom, Kamis (2/12/2021).
"Bisa dimiimalkan dengan protokol penggunaan masker dan menjaga kontak fisik tidak terjadi, juga hand hygiene. Tapi tentu sulit kalau kondisinya sudah crowded (ramai)," sambung Pane.
Namun ia menambahkan, lonjakan kasus jarang disebabkan oleh laju transmisi natural. Lonjakan kasus umumnya dipicu oleh Unusual Epidemic Event (UEE). Misalnya, temuan varian Delta yang menimbulkan lonjakan COVID-19 besar-besaran di RI Juli lalu.
"Kalau transmisi natural ya naik pelan-pelan. Seperti 8,5 bulan pertama COVID-19 di Indonesia," pungkas Pane.
Ada risiko penyebaran varian Omicron?
Seiring itu, dunia tengah dibuat geger oleh temuan varian Omicron, varian Corona yang disebut-sebut berpotensi mengalahkan dahsyatnya varian Delta. Meski hingga kini tak ada laporan varian Omicron ditemukan di Indonesia, mungkinkah kerumunan memicu transmisi varian Corona baru tersebut?
"Sepanjang belum ditemukan Omicron import cases, maka kecil kemungkinan tersebar," ujar Pane menjawab pertanyaan tersebut.
Simak Video "Situasi RS China di Tengah Tsunami Covid-19 yang Kembali Terjadi"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)