Sejak pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada Rabu (24/11/2021), varian Omicron B.1.1.529 telah menyebar ke banyak negara. Kurang dari dua minggu, 38 negara telah melaporkan temuan kasus COVID-19 akibat Omicron di negaranya.
Para Ilmuwan baru saja menerbitkan sebuah model yang menggambakan banyaknya mutasi pada varian Omicron. Tak ayal Omicron dijuluki sebagai 'Monster'. Pasalnya, dalam waktu singkat ini sedikitnya sudah ada 50 mutasi ditemukan, atau empat kali lipat dari jumlah mutasi varian Delta.
Dari 50 mutasi, 32 di antaranya terjadi pada spike protein. Mutasi varian Omicron diperkirakan akan terus bertambah sering berjalannya waktu, namun belum bisa dipastikan apakah mutasi tersebut memicu gejala yang lebih berbahaya.
Pada pengalaman sebelumnya dengan Delta, beberapa mutasi seperti K417N dan E484K terbukti bisa menghindari sistem kekebalan tubuh serta mutasi N501Y dan S477N yang lebih menular.
Ahli mikrobiologi dari Institut Nasional Penyakit Menular Afrika Selatan, Profesor Anne Von Gottberg, mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kasus infeksi Omicron pada populasi yang telah pulih dari COVID-19. Namun, mereka tidak menunjukkan gejala yang parah.
Di sisi lain, Profesor Francois Balloux selaku diektur Genetics Institute UCL mengungkapkan bahwa mutasi dapat lebih berbahaya bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan lemah seperti pasien HIV-AIDS yang tidak diobati.
Simak Video "Temuan Terkini Terkait Subvarian Omicron BN.1"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)