Benarkah Omicron Sengaja Dimunculkan Jelang Nataru Agar Warga Tak Lengah?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Senin, 20 Des 2021 10:30 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Professor25
Jakarta -

Diumumkannya kasus Omicron pertama jelang Natal dan Tahun Baru memicu banyak perdebatan. Beberapa di antara masyarakat menduga ada kesengajaan varian Omicron baru dimunculkan sebelum periode Nataru.

"Goreng terus, mw natal n tahun baru," komentar salah satu netizen.

"Mau liburan, biasa, Ntar mau idul Fitri juga bakal muncul varian baru lagi," timpal netizen yang lain mengomentari pemberitaan munculnya varian Omicron.

Membantah tuduhan terkait, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) dr Siti Nadia Tarmizi memastikan pemerintah hanya ingin masyarakat belajar dari banyak negara lain yang tengah menghadapi gelombang baru akibat COVID-19 varian Omicron.

"Tidak lah, seperti yang disampaikan ke pak Menkes kan penemuan Omicron walau pada orang yang tidak melakukan perjalanan dari luar negeri tetap ada, harus disampaikan sebagai transparansi informasi," jelas dr Nadia kepada detikcom.

Sementara, ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai teori konspirasi yang kemudian muncul di balik pengumuman kasus pertama Omicron memang bisa dikaitkan dengan hal apapun. Namun, sebenarnya ada penjelasan 'ilmiah' mengapa pemerintah 'seolah' baru mengumumkan varian Omicron.

"Harus disadari, ini sebetulnya tidak aneh (jika dilihat) dengan hukum biologi, sains. Bahwa bahkan sebelum satu event, sebelum Nataru, lebaran, orang itu sudah bergerak luar biasa cepat," tutur Dicky saat dihubungi terpisah, Senin (20/12/2021).

Artinya, pergerakan atau mobilitas yang tinggi sebelum Nataru dan lebaran memicu penularan semakin meluas. Digambarkan bak puncak gunung es, yang semula infeksi COVID-19 Omicron mungkin tidak terlihat, akhirnya menonjol karena banyak terjadi pergerakan di masyarakat.

Hal serupa yang terjadi seperti di China. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan sebelum Natal dan Tahun Baru, banyak warga yang mudik sebelum hari perayaan, sehingga sifat alamiah virus atau penyakit menular tentu 'didorong' kemunculannya melalui mobilitas yang kian meningkat.

"Di mana-mana begitu, belajar ke China waktu awal pandemi terjadi, tahun baru China memang hampir sama dengan tahun baru ini, nah itu orang kan nggak mudik atau pulang di hari H-nya, nggak, tapi H minus, makanya Nataru lebaran selalu ada H minus," sambung dia.

"Karena pergerakan manusianya sudah terjadi jauh sebelum itu, sehingga interaksinya menjadi lebih sering dan ini yang akhirnya cenderung lebih kelihatan," jelasnya.

Dicky melanjutkan, semakin banyak warga negara Indonesia yang kembali pulang jelang Nataru, secara statistik penemuan kasus Corona varian Omicron juga lebih tinggi ditemukan.

"Ini yang dari luar itu makin banyak yang datang pulang, nah yang datang misalnya ribuan puluhan ribu, tentu yang terjaring akan lebih besar potensinya," beber dia.

"Itu hukum statistika saja hukum biologi juga perilaku jadi kalau dihubungkan dengan teori konspirasi semua juga bisa, tapi ini jelas dengan penyakit menular itu kaitannya selalu dengan itu mobilitas interaksi," tegas dia.



Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"

(naf/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork