Varian COVID-19 B.1.640.2 atau populer disebut varian IHU jadi sorotan karena masuk dalam daftar pengawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak November 2021. Varian ini disebut memiliki mutasi lebih banyak dari varian Omicron yang membuatnya lebih tahan terhadap vaksin dan lebih menular.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengomentari kabar temuan varian B.1.640.2. Ia meluruskan sebutan 'varian IHU' sebetulnya tidak resmi karena WHO masih belum menetapkannya sebagai Variant of Interest (VoI) atau yang tertinggi Variant of Concern (VoC).
"Dalam hari-hari ini banyak dibicarakan tentang yang disebut-sebut sebagai 'varian IHU' COVID-19, dengan berbagai berita tentang penularan, berat ringannya penyakit, dampak ke vaksin, dll," kata Prof Tjandra dalam pesan yang diterima detikcom pada Rabu (5/1/2021).
"Semua ini baru berdasar pernyataan dari pakar di Prancis yang melaporkan beberapa kasus yang mereka curigai tertular virus COVID-19 strain B.1640.2. Dan karena pakarnya berafiliasi di 'IHU Méditerranée Infection' maka keluarlah berita bahwa ini 'varian IHU'," lanjutnya.
Menurut Prof Tjandra masih perlu analisa lebih dalam terkait varian B.1.640.2. Menjadi varian di bawah pengawasan WHO tidak serta-merta menjadikannya lebih berbahaya.
"Bisa saja sesudah dimonitor lalu dianggap tidak bermasalah dan dimasukkan ke dalam 'formerly monitored variants', atau kalau memang bermasalah akan dijadikan 'Variant of Interest' dll," pungkas Prof Tjandra.
Simak Video "Video: Waduh! Varian Covid-19 'Stratus' Mendominasi RI, Apakah Berbahaya?"
(fds/kna)