Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyebut efek samping pemberian vaksin COVID-19 pada anak cenderung lebih rendah dibanding pada orang dewasa. KIPI serius paling banyak ditemukan pada usia 31-45 tahun.
Hal ini ditegaskan Ketua Komnas KIPI, Prof Hindra Irawan Satari, dalam siaran pers Kementerian Kesehatan RI, Selasa (25/1/2022).
"Dari segi umur, KIPI pada usia muda lebih rendah dari yang usia produktif dan lansia. Jadi tidak benar jika KIPI pada anak lebih tinggi," tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih rinci, Prof Hindra mengungkap data temuan KIPI pada vaksinasi COVID-19. Berikut datanya.
- usia 31-45 tahun sebanyak 122 kasus
- usia 18-30 tahun sebanyak 97 kasus
- usia di atas 59 tahun sebanyak 77 kasus
- usia 46-59 tahun sebanyak 68 kasus
- usia 12-17 tahun sebanyak 19 kasus
- usia 6-11 tahun sebanyak 1 kasus.
Temuan ini sejalan dengan hasil uji klinis yang dilakukan sebelum vaksin COVID-19 diberikan untuk umum. Dalam uji klinis, temuan KIPI cenderung ringan dan bisa diatasi.
"Dari uji klinis fase 1 dan 2 vaksin Sinovac yang telah kami lakukan pada anak dan remaja usia 3-17 tahun menunjukkan bahwa reaksi yang dialami cenderung ringan, mayoritas mengalami nyeri lokal, diikuti demam dan batuk," terang Prof Hindra.
Pada vaksin Pfizer, efek samping yang paling dominan mencakup keluhan sebagai berikut:
- Kemerahan
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Menggigil.
(up/up)











































