Sub varian Omicron, BA.2, atau disebut 'Son of Omicron' ini pertama kali diidentifikasi pada desember lalu dan telah menyebar ke sejumlah negara. Menurut data Pengurutan Gen di Inggris, sub varian Omicron (BA.2) ini telah diidentifikasi lebih dari 4.000 kasus per 28 Januari 2022.
Berdasarkan analisis, BA.2 atau anak Omicron ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada Omicron asli (BA.1). Artinya, BA.2 dapat menyebar lebih cepat atau sangat menular dan sulit untuk dideteksi. Itu sebabnya ia dijuluki 'Son of Omicron' atau 'Stealth Omicron'.
Meskipun demikian, BA.2 ini masih belum diketahui apakah lebih berbahaya atau tidak dari varian aslinya, yaitu Omicron.
"Sifat virus untuk berevolusi dan bermutasi, jadi diharapkan kita akan terus melihat varian baru muncul sebagai pandemi," tutur dr Meera Chand, Direktur Insiden COVID-19 di Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), dikutip dari National World, Jumat (11/2/2022).
"Pengawasan genomik kami yang berkelanjutan memungkinkan kami untuk mendeteksi mereka dan menilai apakah mereka signifikan. Sejauh ini, tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada Omicron BA.1, tetapi datanya terbatas dan UKHSA terus menyelidikinya." lanjutnya.
Adapun 2 gejala utama yang dapat mengindikasi sebagai infeksi dari sub varian Omicron (BA.2) sebelum seseorang dinyatakan positif COVID-19.
Gejala yang pertama, pasien kemungkinan akan mengalami vertigo atau pusing yang datang dan pergi setiap hari.
Menurut National Health Service (NHS UK), apabila gejala ini sangat intens atau terjadi secara terus-menerus, pasien harus segera mengunjungi dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Selain vertigo, ada juga gejala lain dari sub varian BA.2 yang mirip seperti virus Corona lainnya, yaitu kelelahan. Kondisi ini biasanya akan berlangsung selama 5 hari.
Simak Video "Video: Bukan Cuma Plantar Fasciitis, Shin Splint Juga Bahaya Bagi Pelari Pemula"
(suc/up)