Singapura berharap dapat melonggarkan langkah-langkah manajemen aman COVID-19 setelah puncak gelombang Omicron terlewati. Seiring itu, Menteri Kesehatan Ong Ye Kung menyebut pihaknya bakal terus memantau indikator utama, tak lain dengan memastikan sistem kesehatan dapat mengatasi imbas lonjakan kasus COVID-19.
Ong menegaskan, pelonggaran pembatasan dan pencabutan aturan tersebut bergantung pada situasi pandemi COVID-19 Singapura.
"Salah satu aspeknya adalah angka infeksi harian, yaitu sekitar 10.000 kasus per hari," katanya, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (15/2/2022). Ia menambahkan, sebelumnya Singapura diindikasikan dapat mencapai 15.000-20.000 kasus COVID-19 dalam sehari.
Namun di samping faktor jumlah kasus harian, yang lebih penting adalah tingkat keparahan penyakit, serta kapasitas perawatan kesehatan tersedia. Ong menyebut, sejauh ini, imbas gelombang Omicron relatif lebih moderat dibanding gelombang Delta tahun lalu.
"Sejauh ini, dampak yang signifikan lebih moderat untuk varian Omicron dibandingkan dengan varian Delta," beber Ong.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan varian Omicron bersifat memicu gejala lebih ringan dibanding varian Delta dan lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan bagian atas. Kedua, kini seiring merebaknya Omicron, cakupan vaksinasi COVID-19 dan booster untuk warga Singapura sudah tinggi.
"Saat ini, kami masih mengamati perbedaan yang signifikan perihal kejadian penyakit parah antara yang divaksinasi (dosis primer), disuntik booster, dan tidak divaksinasi sepenuhnya, terutama di kalangan lansia. Jadi vaksin terus membuat perbedaan besar," katanya.
"Karena itu, sementara jumlah infeksi harian tinggi, sebagian besar kasus memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Sangat sedikit yang berkembang menjadi penyakit parah dan memerlukan suplementasi oksigen, perawatan ICU, atau meninggal dunia," pungkas Ong.
Simak Video "Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19"
(vyp/up)